Headline
Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.
Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.
Ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat drastis sejak insiden perbatasan
KOREA Utara mengancam peningkatan uji coba senjata, setelah melepaskan sepasang proyektil keempat dalam waktu dua pekan terakhir. Tepat dengan dimulainya latihan militer gabungan Amerika Serikat (AS) dan Korea Selatan.
Meningkatnya ketegangan di Semenanjung Korea berpotensi menggagalkan negosiasi antara Pyongyang dan Washington. Korea Utara memandang latihan militer gabungan AS-Korea Selatan merupakan pelanggaran besar dalam proses perundingan.
Baca juga: Jokowi Diundang ke Perayaan Kemerdekaan Singapura
Pyongyang kerap merisaukan latihan militer gabungan antara Seoul dan Washington. Sebab, langkah itu dinilai bermotif invasi. Meskipun latihan serupa di masa lalu cenderung menghindari uji coba rudal.
Kecepatan pernyataan otoritas Korea Utara pada Selasa (6/8) ini juga dinilai tidak biasa. Itu muncul satu jam setelah peluncuran, bukan sehari kemudian seperti biasanya. Korea Utara melepaskan dua proyektil dari Provinsi Hwanghae Selatan. Proyektil yang dianggap sebagai rudal balistik jarak pendek. Hal itu diungkapkan Kepala Staf Gabungan Korea Selatan melalui pernyataan resmi.
Sepasang proyektil meluncur sekitar 450 kilometer (km), yang melintasi wilayah semenanjung dan mengarah ke Laut Jepang. Ketinggiannya mencapai 37 km, dengan kecepatan setidaknya Mach 6,9. Peluncuran itu menempatkan sepasang proyektil di tengah-tengah jangkauan proyektil yang ditembakkan Korea Utara, sebanyak empat kali dalam 12 hari terakhir.
Korea Selatan menekankan semua kemungkinan mengarah pada rudal balistik jarak pendek. Padahal berdasarkan resolusi Dewan Keamanan PBB, Korea Utara dilarang meluncurkan rudal balistik. Sementara itu, Pyongyang menggambarkan beberapa proyektil sebagai sistem roket berpeluncur banyak kaliber besar, atau senjata kendali taktis.
Peluncuran terbaru muncul setelah militer Korea Selatan dan AS memulai latihan militer gabungan, yang disimulasikan sistem komputer pada Senin waktu setempat. Latian itu menguji kemampuan Seoul dalam mengambil kendali operasional sepanjang perang.
Sebelum uji coba senjata Korea Utara, seorang pejabat kementerian luar negeri menyatakan latihan gabungan AS-Seoul adalah pelanggaran yang dahsyat. Dalam hal ini, terkait proses diplomatik antara Pyongyang, Washington dan Seoul.
"Semua latihan militer gabungan Korea Selatan- merupakan latihan perang agresif, yang mensimulasikan penyerangan terhadap Korea Utara," tutur juru bicara kementerin dalam pernyataan yang diberitakan KCNA.
"Kami terpaksa mengembangkan, melakukan uji coba dan menggunakan sarana fisik yang kuat untuk memperkuat pertahanan nasional. Pemerintah AS dan Korea Selatan tidak dapat melawan itu, sekalipun memiliki 10 mulut," lanjut pernyataan tersebut.
Pada 1950, Korea Utara menyerang negara tetangganya, yang memicu Perang Korea. Pyongyang sudah lama berpendapat bahwa senjata nuklir dibutuhkan untuk pertahanan melawan invasi AS.
Pengamat hubungan internasional dari Handong Global University, Park Won-gon, memandang Korea Utara akan melepaskan lebih banyak rudal, sepanjang latihan militer gabungan berlangsung. Apabila perundingan kembali dilanjutkan, Pyongyang dapat menggunakan uji coba rudal untuk menekan Seoul dan Washington.
"Persoalannya ialah Korea Selatan dan AS cenderung tidak merespons sejumlah peluncuran rudal belum lama ini. Situasi itu memungkinkan Korea Utara untuk meningkatkan frekuensi uji coba," kata Won-gon kepada AFP.
Baca juga: Tiongkok Perkuat Dukungan Terhadap Pemimpin Hong Kong
Pekan lalu, Presiden AS, Donald Trump, mengeluarkan pernyataan yang seolah meremehkan uji coba senjata Korea Utara. Dia meyakini Pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un, tidak akan mengecewakan dirinya. Setelah setahun saling ancam, kedua pemimpin negara mengadakan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) bersejarah di Singapura pada 2018. Akan tetapi, Kim membuat komitmen samar terkait upaya menuju denuklirisasi Semenanjung Korea.
KTT AS-Korea Utara putaran kedua berlangsung di Vietnam pada Februari lalu. Namun, pertemuan tidak menghasilkan kesempatan. Kedua pemimpin negara berbeda pandangan mengenai pelepasan sanksi, dan imbalan yang diajukan Pyongyang. Pada Juni kemarin, Trump dan Kim sepakat melanjutkan perundingan nuklir dalam pertemuan dadakan di Zona Demiliterisasi (DMZ), yang membagi wilayah semenanjung. Akan tetapi, dialog tingkat kerja tak kunjung dimulai.(AFP/OL-6)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved