Headline

Presiden Prabowo berupaya melindungi nasib pekerja.

Fokus

Laporan itu merupakan indikasi lemahnya budaya ilmiah unggul pada kalangan dosen di perguruan tinggi Indonesia.

Di Bhutan, Perdana Menteri Merangkap Dokter

Tesa Oktiana Surbakti
09/5/2019 20:13
Di Bhutan, Perdana Menteri Merangkap Dokter
Perdana Menteri Bhutan Lotay Tshering(AFP/Upasana Dahal)

KETIKA Sabtu tiba, Lotay Tshering rutin berjaga di Rumah Sakit Rujukan Nasional Jigme Dorji Wangchuck. Dia bukan dokter biasa, karena juga menjabat sebagai Perdana Menteri (PM) Bhutan.

"Bagi saya, bertugas menjadi dokter adalah cara untuk menghilangkan stres," tutur Tshering, yang memimpin negara dengan populasi 750 ribu jiwa itu sejak November 2018.

"Sebagian orang mengisi waktu luang dengan bermain golf atau memanah, sedangkan saya lebih suka menyembuhkan orang. Jadi saya menghabiskan akhir pekan di rumah sakit," kata pria berusia 50 tahun tersebut.

Tidak ada seorang pun di rumah sakit yang mengistimewakan Tshering. Dengan mengenakan jas dokter, dia berjalan melintasi koridor rumah sakit yang sibuk. Para perawat dan petugas pun melanjutkan pekerjaan seperti biasa.

Baca juga : Gaung Asian Games 2018 Menggema di Himalaya

Dalam banyak hal, negeri kerajaan Buddha itu cenderung mengutamakan kebahagiaan alih-alih pertumbuhan ekonomi. Salah satu tiang utama Kebahagiaan Nasional Bruto ialah pelestarian lingkungan.

Bhutan merupakan negara karbon negatif, dengan konstitusinya mengamanatkan 60% wilayah negara tetap menjadi hutan. Kebijakan itu berdampak besar pada ekowisata yang ramai dikunjungi, meski dibebankan biaya harian sebesar US$ 250.

Menyoroti wilayah ibu kota Thimpu, bahkan tidak memiliki lampu lalu lintas. Penjualan produk tembakau pun dilarang. Kompetisi panahan merupakan aktivitas yang digemari masyarakat.

Lingga yang dilukis di dinding rumah untuk menolak bala, menjadi pemandangan umum. Akan tetapi, negeri itu masih dihantui sejumlah persoalan, yakni korupsi, kemiskinan pedesaan, pengangguran kaum muda dan kriminalitas.

Thsering, yang pernah belajar di Bangladesh, Jepang, Australia dan Amerika Serikat (AS), memulai karir politiknya pada 2013. Namun, partai politiknya gagal membuat kemajuan dalam pemilu tahun ini.

Setelah kalah, Raja Jigme Khesar Namgyel Wanchuck memerintahkan Thsering untuk memimpin tim dokter dan melakukan perjalanan ke desa-desa terpencil untuk memberikan perawatan medis gratis.

Sebagai PM Bhutan, dia menghabiskan akhir pekannya untuk merawat pasien. Tidak hanya itu, pada Kamis pagi dia memberikan pelatihan medis kepada dokter dan perawat. Dia baru memiliki waktu bersama keluarga pada hari Minggu.

Di ruang kerjanya, kantor pemerintahan Bhutan, Thsering menggantungkan jas dokter di belakang kursinya. Hal itu sebagai pengingat atas janjinya untuk fokus meningkatkan kesehatan masyarakat.

Meski pasien tidak mendapatkan perawatan kesehatan gratis, namun Tshering memandang masih banyak yang harus dilakukan.

Bhutan mengalami peningkatan besar pada angka harapan hidup. Adapun tingkat kematian bayi dan penyakit menular turun cukup drastis. Sayangnya, jumlah penyakit akibat gaya hidup buruk, termasuk kecanduan alkohol dan diabetes, terus meningkat.

"Pelan-pelan kami lebih fokus pada peningkatan layanan kesehatan sekunder dan tersier," tukas Tshering.

Salah satu pasien Tshering, Bumthap, 40 baru saja menjalani operasi kandung kemih selama lima jam. Dia mengaku senang ditangani langsung oleh Tshering.

"Bangga sekali karena saya dioperasi oleh seorang pemimpin negara. Dia adalah salah satu dokter terbaik di negeri ini," ucapnya lega.(AFP/OL-8)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ghani Nurcahyadi
Berita Lainnya