Headline

Pemerintah belum memastikan reshuffle Noel.

Di Desa Pakistan, Gua Adalah Rumah

(AFP/Denny Parsaulian Sinaga/I-1)
21/11/2018 06:30
Di Desa Pakistan, Gua Adalah Rumah
( (Photo by AAMIR QURESHI / AFP))

TAHAN bom, tahan gempa, dan murah. Ribuan warga Pakistan memilih untuk berdiam di gua-gua di barat laut Islamabad. Mereka tinggal di rumah-rumah gua seperti hobbit di tengah kekurangan rumah nasional.

Terletak sekitar 60 kilometer dari ibu kota Pakistan, hampir 3.000 orang tinggal di gua-gua di Desa Hasan Abdal. Demikian menurut anggota DPR, Haji Abdul Rasheed, yang rumahnya sendiri ialah salah satu tempat tinggal yang dibuat di tanggul-tanggul lereng bukit yang berat dan membumi.

Gua Rasheed atau buray seperti yang dikenal secara lokal terdiri atas beberapa kamar berperabot minimalis yang dilengkapi beranda berangin.

Gua biasanya digali dengan tangan. Lalu penduduk menggunakan tanah liat untuk memplester dinding. "Ini berfungsi sebagai benteng terhadap tanah longsor," kata mereka.

"Tidak ada yang seperti itu. Jika Anda membangun rumah lumpur, itu runtuh saat hujan. Ini tidak runtuh," kata Rasheed. "Ini tahan gempa dan antibom."

Meskipun penduduk setempat telah tinggal di gua-gua selama setidaknya lima abad sejak daerah itu dihuni suku Mughal, lonjakan harga perumahan telah mengubah selera untuk rumah-rumah besar yang harganya jauh lebih murah daripada rumah di perkotaan.

"Kami membeli ini karena harganya lebih murah. Kami gali sendiri," kata penduduk Ameer Ullah Khan.

Penghuni gua zaman modern juga merekomendasikan struktur idealnya sesuai dengan cuaca Pakistan, yakni tetap dingin saat musim panas melonjak melewati 40 derajat celsius dan bagai kepompong hangat selama musim dingin.

"Kami kebanyakan menghabiskan musim panas kami di sini menggunakan gua sebagai tempat tinggal kami dan menyimpan barang-barang kami, termasuk panen gandum dan jagung kami," kata Muhammad Sohail, warga lainnya.

Hidup tidak semua mudah, misalnya, kurang cahaya alami yang cukup, gua-gua bergantung pada listrik kabel dari luar ke set TV listrik dan ponsel, sedangkan pipa dalam ruangan ialah kemewahan yang langka. Hampir 3.000 orang tinggal di gua-gua di Desa Hasan Abdal.

Namun, dengan harga gua rata-rata sekitar 40 ribu rupee (US$300) jika dibandingkan dengan rumah batu bata mulai sekitar 250 ribu rupee (US$1.800), penduduk setempat dan ahli properti mengatakan rumah gua jauh lebih terjangkau.

"Bahkan di perdesaan, Anda membutuhkan setidaknya setengah juta rupee untuk mendapatkan sebidang kecil tanah untuk membangun rumah," kata agen realestat, Sakhi Riaz, kepada AFP.

Biaya yang lebih rendah telah memungkinkan beberapa penduduk untuk berbelanja secara royal, dari kebun mawar ke kebun buah bertingkat.

Tempat tinggal yang sederhana dipandang sebagai pilihan yang menarik saat Pakistan memerangi kelangkaan rumah yang terjangkau. Apalagi dengan pertumbuhan penduduk yang pesat di negara itu saat ini sekitar 207 juta.

Perdana Menteri yang baru terpilih Imran Khan telah berjanji untuk mengatasi krisis dengan membangun sebanyak lima juta rumah baru, bahkan ketika krisis keuangan yang sedang berlangsung telah menimbulkan pertanyaan tentang bagaimana ia akan membayar untuk itu.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Triwinarno
Berita Lainnya