Headline
Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.
Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.
Ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat drastis sejak insiden perbatasan
AMERIKA Serikat (AS) kembali menjatuhkan sanksi terhadap Iran yang menargetkan sektor minyak dan finansial. Langkah AS itu meningkatkan tekanan terhadap Iran di tengah upaya untuk menghentikan pengembangan program nuklir dan rudal 'Negeri para Mullah' itu.
Ribuan warga Iran, kemarin, berunjuk rasa dalam peringatan gerakan Revolusi Islam 1979 dan penjatuhan kembali sanksi AS terkait dengan sektor minyak kepada negara mereka. Komandan militer Iran, Mayor Jenderal Mohamad Ali Jafari, memperingatkan Trump bahwa Iran siap berhadapan dengan AS yang menerapkan kebijakan yang dinilainya melampaui batas.
"Saya ingin menegaskan kepada AS dan presidennya yang aneh, jangan pernah mengancam Iran karena kami masih bisa mendengar suara jeritan tentara anda yang terkubur di gurun. Anda semestinya tahu, berapa banyak tentara AS yang bunuh diri setiap hari akibat depresi dan ketakutan di medan perang," cetus Jafari.
Dalam setahun terakhir, Teheran menuduh Trump melancarkan genderang perang ekonomi yang bertujuan menghancurkan perekonomian mereka. Melalui pidatonya, Jafari menyatakan keyakinannya mengenai motif serangan kebijakan Trump terhadap ekonomi Iran.
Menurutnya, hal itu dilakukan Trump tidak lain sebagai bentuk keputusasaan AS yang belum mampu mengalahkan negeri penghasil minyak tersebut.
"Jadi jangan berani mengancam Iran secara militer. Tidak perlu menakut-nakuti kami dengan ancaman seperti itu," imbuhnya.
Unjuk rasa
Sementara itu, rakyat Iran meneriakkan 'Mampuslah Amerika' dalam unjuk rasa pada Minggu (4/11) untuk menandai ulang tahun pendudukan Kedutaan Besar Amerika Serikat dalam Revolusi Islam pada 1979 dan pemberlakuan kembali sanksi AS terhadap urat nadi perekonomian Iran, yaitu minyak.
Ribuan mahasiswa tumpah ruah dalam unjuk rasa yang digalang pemerintah di Teheran. Aksi tersebut disiarkan secara langsung oleh televisi pemerintah.
Pengunjuk rasa terlihat membakar bendera Bintang dan Garis, patung Paman Sam dan foto Presiden Donald Trump di luar gugus pusat kota itu yang pernah menjadi lokasi kedutaan AS.
Sebagai informasi, pada 4 November 1979, para mahasiswa garis keras menyerbu Kedutaan AS di sana sesudah kejatuhan Shah, yang didukung AS. Sebanyak 52 warga negara adidaya itu disandera di sana selama 444 hari. Sejak itu, kedua negara tersebut bermusuhan dan selalu berlawanan dalam sengketa di kawasan Timur Tengah.
Di lain hal, media pemerintah Iran menyatakan jutaan orang berunjuk rasa di banyak kota di seluruh negeri itu. Mereka menyatakan sumpah setia kepada lembaga ulama dan pejabat puncaknya, yakni pemimpin tertinggi Ayatollah Ali Khamenei.
Unjuk rasa yang dipenuhi dengan teriakan-teriakan 'Mampuslah Amerika' digelar setiap tahun dalam peringatan pengambilalihan kedutaan tersebut. Namun, kali ini kebencian terhadap AS sangat kuat, terutama setelah Trump pada Mei memutuskan menarik AS dari kesepakatan nuklir yang digagas kekuatan-kekuatan dunia bersama Iran pada 2015. (Aljazeera/Ant/I-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved