Inggris Larang Warganya di Luar Negeri Bayar Pakai Poundsterling
Tesa Oktiana Surbakti
24/8/2015 00:00
(Dok)
Siapa yang tak tahu Inggris? Negeri di belahan bumi Eropa itu memiliki sejuta pesona termasuk kisah klasik kerajaan yang eksistensinya terus terjaga di tengah era modernisasi. Meski Tanah Airnya menyimpan kekayaan wisata, nyatanya masyarakat Inggris begitu lekat dengan kebiasaan travelling ke belahan dunia lainnya, entah secara individu atau berkelompok.
Di balik arus kunjungan wisatawan Inggris yang begitu deras ke berbagai negara, ada pihak yang disinyalir berusaha mengambil keuntungan. Sebut saja sektor perbankan. Agar tak menjadi korban penipuan konversi mata uang, wisatawan “diharamkan†membayar tagihan dalam mata uang poundsterling ketika tengah melancong ke negara lain. Imbauan itu merujuk pada data yang menyebutkan bahwa dari transaksi debit dan kartu kredit yang digunakan warga Inggris di luar wilayah Inggris, terdapat dana tambahan rerata sebesar £300 juta setiap tahun yang diakumulasikan dalam Dynamic Currency Conversion (DDC) rates. Praktis, pundi-pundi bank maupun pelaku usaha (merchant) kian “menggendutâ€.
Bagaimana bisa terjadi demikian? Wisatawan Inggris ternyata acapkali memilih menggunakan mata uang poundsterling ketimbang memakai mata uang lokal saat membayar dengan kartu kredit atau debit. Sayangnya, mereka seolah tidak sadar ada beban biaya tambahan sebesar 4% dari total tagihan ketika memilih opsi poundsterling. Persoalan ini bermula dari pilihan transaksi pembayaran yang ditawarkan oleh terminal chip-pin atau ATM (Anjungan Tunai Mandiri) baik melalui mata uang lokal atau pounsterling. Begitu menekan tombol “yes†yang terjadi kemudian ialah wisatawan selaku nasabah memberikan persetujuan kepada bank untuk menerapkan konversi dinamis mata uang dari parameter nilai jual atau tukar yang cenderung meningkat. Padahal sebagaimana mestinya, perusahaan perbankan tentu sudah memberikan tarif dalam transaksi melalui kartu.
“Ini berarti Anda secara tidak sengaja memberikan keleluasan bagi perbankan untuk mengenakan nilai tukar yang lebih tinggi. Selagi bisa, tolak DCC dan minta tagihan dalam mata uang lokal,†ujar Andrew Hagger dari Moneycomms.co.uk kepada The Times.
Di lain pihak, Managing Director for Currency Specialist dari firma Caxton FC James Hickman menuturkan wisatawan juga patut mewaspadai saat membayar tagihan di restoran. Pasalnya, pemilik restoran tidak dapat dipungkiri bertindak “nakal†dengan sengaja memberi fasilitas pembayaran dalam poundsterling daripada memakai mata uang lokal.
“Padahal itu bisa menambah biaya pelayanan hingga 4% dari nilai transaksi yang terkesan dilegalkan sebagai biaya tambahan,†cetus James.
Wisatawan dikatakan James tidak boleh lengah mengingat hal tersebut sudah dikategorikan penipuan. Data yang dihimpun Caxton FX bahkan menunjukkan pembayaran dengan skema DCC dewasa ini tertinggi dalam sejarah, di mana wisatawan Britania Raya membayar £292 juta per tahun. Patut ditelaah bahwa DCC mudah menggoda wisatawan lantaran memberikan kenyamanan dan jaminan ekstra berikut informasi akurat ihwal kemampuan pembayaran kartu yang digenggam.
Adalah penting bagi wisatawan untuk memperhatikan dengan rinci besaran tarif tambahan yang dibebankan dalam transaksi pembayaran. Jangan sampai anda menjadi korban dari kecurangan perusahaan perbankan yang sengaja menautkan nilai tukar yang buruk agar kantong mereka semakin tebal.
Seorang juru bicara dari The UK Card Association menyarankan “Jika DCC digunakan tanpa izin anda, sebaiknya anda ingatkan kepada penjual (retailer) untuk tidak mengunakan DCC dan meminta tanda terima yang bisa dikosongkanâ€.(Q-1)