Tiongkok Buka Suara Keberadaan Presiden Interpol

SETELAH dinyatakan hilang misterius, pemerintah Tiongkok akhirnya buka suara terkait dengan keberadaan Presiden Interpol Meng Hongwei. Melalui pernyataan resmi yang dikeluarkan Badan Antikorupsi Tiongkok, Hongwei disebut tengah menjalani penyeldikan.
“Wakil Menteri Keamanan Publik Meng Hongwei sedang diperiksa Komisi Pengawas Nasional untuk dugaan pelanggaran hukum,” demikian bunyi pernyataan singkat Badan Antikorupsi Tiongkok yang diunggah dalam situs resminya.

Hongwei dilaporkan hilang oleh istrinya, setelah bertolak dari Prancis yang menjadi lokasi markas Interpol, dengan tujuan ke Tiongkok. Pihak Interpol menginformasikan Hongwei telah mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Presiden Interpol. Kim Jong-yang, warga negara Korea Selatan, menjadi pengganti sementara, hingga ditunjuknya pemimpin baru dalam pertemuan organisasi di Dubai pada 18-21 November.

“Pada Minggu (7/10), di Sekretariat Jenderal Interpol, Lyon, Prancis, telah diterima surat pengunduran diri dari Meng Hongwei sebagai Presiden Interpol,” ujar pihak Interpol melalui pernyataan resmi.

Akhir pekan lalu, Interpol mendesak Beijing segera mengklarifikasi keberadaan Meng Hongwei­ agar spekulasi tidak semakin berkembang. Saat ditanyai perihal konfirmasi pemerintah Tiongkok, Kementerian Dalam Negeri Prancis belum memperoleh informasi yang dimaksud.

Kepolisian Prancis terus menyelidiki kasus hilangnya Hongwei yang dinilai meresahkan. Media lokal Prancis menyiarkan video singkat dari istri Hongwei, Grace Meng, yang menyatakan kekhawatirannya terhadap kondisi sang suami. “Selama belum melihat suami saya dan berbicara langsung, sulit untuk berkeyakinan tentang apapun,” ujar Grace yang dikutip stasiun TV dan surat kabar Prancis.

“Ini masalah besar bagi komunitas internasional. Apalagi persoalan ini terjadi di Tanah Air kami,” lanjut Grace. Media Prancis turut melaporkan bahwa Hongwei sempat mengirimkan pesan singkat kepada istrinya, yang berisi emoji pisau. Seakan dia ingin memberikan isyarat berada dalam situasi berbahaya. (Reuters/Tes/I-2)