Headline
Berdenyut lagi sejak M Bloc Space dibuka pada 2019, kini kawasan Blok M makin banyak miliki destinasi favorit anak muda.
Berdenyut lagi sejak M Bloc Space dibuka pada 2019, kini kawasan Blok M makin banyak miliki destinasi favorit anak muda.
BADAN Penerbangan dan Antariksa milik Amerika Serikat (NASA) siap meluncurkan pesawat ruang angkasa pertama yang melintasi bagian terluar atmosfer matahari atau disebut korona. Proyek senilai AS$1,5 miliar diyakini memberi perspektif baru terhadap bintang paling misterius di tata surya.
Pesawat antariksa bernama Parker Solar Probe dijadwalkan melesat dari titik Cape Canaveral, Florida, pada 11 Agustus mendatang. Penjelajahan pesawat tersebut membantu para ilmuwan dalam mempelajari sekaligus mengantisipasi fenomena cuaca antariksa. Mengingat, perubahan cuaca antariksa berdampak pada bumi, termasuk mengganggu infrastruktur komunikasi dan jaringan listrik.
"Proyek ini sangat penting agar kita dapat memprediksi cuaca di luar angkasa. Sama halnya dengan memprediksi cuaca di bumi. Apalagi korona merupakan sesuatu yang sangat asing," ujar ilmuwan matahari NASA Alex Young melalui AFP, Rabu (8/8).
Nama Parker Solar Probe terinspirasi dari seorang ahli astrofisika yang merintis penelitian terhadap sang surya. Pesawat tanpa awak itu direncanakan meluncur pada titik terdekat dari atas permukaan matahari, yakni 6,1 juta kilometer.
Meski terkesan jauh, namun NASA menekankan jarak itu sebenarnya relatif dekat apabila mengingat tingginya suhu permukaan matahari. Panas matahari yang akan dihadapi Parker Solar Probe diprediksi mencapai 2.500 derajat fahrenheit atau setara 1.370 derajat celcius. NASA telah memasang perisai panas sebagai proteksi terhadap badan pesawat ruang angkasa tersebut.
"Dengan kecepatan sekitar 430 ribu mil per jam, pesawat antariksa ini menjadi objek buatan manusia tercepat. Nantinya Parker Solar Probe dijadwalkan melintasi korona sebanyak 24 kali," terang ilmuwan Johns Hopkins Univrsity yang masuk dalam tim proyek, Nicky Fox.
Dalam hal ini, para ilmuwan begitu tertarik dengan korona. Apalagi mereka melihat adanya persoalan ketidakcocokan dalam struktur panas matahari. Tidak seperti api unggun yang terasa panas dari sumbernya, panas matahari malah semakin jauh dari permukaan. Sebagai gambaran, jika suhu di permukaan matahari berkisar 10 ribu derajat fahrenheit, maka suhu korona bisa mencapai 10 juta derajat fahrenheit.
"Kami melihat ada kejanggalan pada suhu panas yang ada di korona. Semoga Probe Solar Parker dapat memecahkan misteri tersebut. Memang pandangan yang lebih dekat dengan objek, sangat diperlukan saat ini," tukas Fox.(AFP/OL-6)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved