Headline
Sebaiknya negara mengurus harga barang dulu.
HARAPAN perdamaian di Korea menguat setelah kemarin terjadi pertemuan bersejarah yakni Konferensi Tingkat Tinggi Antar-Korea yang melibatkan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in dan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un di zona demiliterisasi (DMZ) Panmunjom yang merupakan perbatasan kedua negara.
Di hari istimewa yang ditandai jabat tangan simbolis, Moon dan Kim menandata-ngani Deklarasi Panmunjom yang berisi kesepakatan menciptakan Semenanjung Korea yang bebas nuklir dengan cara denuklirisasi.
Keduanya juga sepakat untuk mencari cara agar Perang Korea yang terjadi 65 tahun lalu dapat benar-benar disudahi. Selain itu, akan ada reuni keluarga yang terpisah ketika perang berlangsung.
Kim Jong-un mengaku sangat terharu setelah berjalan melewati tanda perbatasan dan masuk ke wilayah Korea Selatan. Itu berarti dirinya menjadi pemimpin pertama Korea Utara yang menginjakkan kaki di Korea Selatan setelah terhentinya Perang Korea melalui gencatan senjata.
"Saya datang ke sini dengan tekad membuat langkah awal dari sejarah baru," tegas Kim.
Atas ajakan Kim, keduanya kemudian bergandengan tangan untuk berjalan sebentar masuk ke wilayah Korut. Setelah itu, Kim dan Moon pergi ke Gedung Perdamaian di sisi selatan Panmunjom yang menjadi tempat pertemuan.
Seusai pertemuan pagi hari yang berlangsung hampir 2 jam, Kim kembali ke Korut untuk makan siang. Dia me-ngendarai mobil kepresidenan Korut yang dikawal 12 pengawal di kanan-kirinya.
Pertemuan dilanjutkan sore harinya setelah Moon dan Kim melakukan acara penanaman pohon simbolis. Setelah menandatangani kesepakatan, kedua pemimpin bersama kedua ibu negara mengikuti acara makan malam dan ditutup dengan kembalinya Kim ke Pyongyang.
Reaksi dunia
Ini merupakan pertemuan ketiga antara pemimpin Korsel dan Korut setelah Perang Korea terhenti pada 1953. Beberapa bulan lalu, pertemuan itu sulit dibayangkan dapat terjadi karena Korut masih melakukan uji coba nuklir dan peluncuran peluru kendali.
Dalam pertemuan sebelumnya di Pyongyang, Korut, pada 2000 dan 2007, kedua Korea juga menunjukkan hubungan hangat dan berbagai harapan, tapi tidak ada kemajuan yang berarti.
Para pemimpin negara lain pun menyambut baik pertemuan itu. Presiden AS Donald Trump dalam cicitan Twitter menyebutnya sebagai pertemuan bersejarah walaupun hasil konkretnya masih dinantikan. Juru bicara Presiden Rusia Vladimir Putin juga menganggap itu sebagai hal yang positif.
Sementara itu, Menlu RI Retno Marsudi melalui akun Twitter Kemenlu RI menyebut Indonesia menyambut baik hasil KTT Antar-Korea dan berharap dapat menjadi landasan kuat bagi perdamaian yang langgeng di Semenanjung Korea dan kesejahteraan bagi rakyat di kedua negara.
Pengamat hubungan internasional dari Universitas Airlangga Surabaya, I Gde Wahyu Wicaksana, menyatakan pertemuan itu merupakan kabar baik bagi Indonesia karena terbuka peluang berinvestasi di Korut.
"Kalau Asia Timur lebih stabil, Asia Tenggara juga akan lebih stabil. Apalagi Korea Utara dan Selatan bagian dari ASEAN Regional Forum," ujarnya, kemarin.
Soal senjata nuklir, Wicaksana menilai tidak perlu khawatir karena Korut sebenarnya hanya menggertak dan belum mampu sampai ke tahap mengubah nuklir jadi senjata. (Ire/Ant/AFP/X-11)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved