Headline

Senjata ketiga pemerataan kesejahteraan diluncurkan.

Fokus

Tarif impor 19% membuat harga barang Indonesia jadi lebih mahal di AS.

Malaysia Lakukan Autopsi Selidiki Pembunuhan Profesor Palestina

Anastasia Arvirianty
22/4/2018 18:25
Malaysia Lakukan Autopsi Selidiki Pembunuhan Profesor Palestina
(AFP)

SEBUAH autopsi sedang dilakukan pada Minggu (22/4) terhadap tubuh seorang imam sekaligus profesor Palestina yang ditembak mati dalam apa yang diklaim keluarganya sebagai pembunuhan oleh agen mata-mata Israel Mossad.

"Fadi Mohammad al-Batsh, 35, tewas dalam tembak-menembak pada hari Sabtu,” menurut pihak berwenang Malaysia.

Dia sedang berjalan dari apartemen tingginya dan hendak melakukan sholat subuh di sebuah masjid lokal di pinggiran Gombak di Kuala Lumpur ketika dia ditembak oleh dua pria bersenjata yang mengendarai sepeda motor.

Di TKP, spidol polisi menunjukkan 14 peluru telah ditembakkan ke korban, beberapa di antaranya menabrak dinding. Panggangan besi terkena peluru terlihat penyok.

Menteri Dalam Negeri Malaysia Ahmad Zahid Hamidi, dikutip oleh Kantor Berita Bernama mengatakan Batsh adalah insinyur elektro dan ahli membuat roket.

Kepala kepolisian Kuala Lumpur Mazlan Lazim mengatakan penyelidikan sedang berlangsung.

"Kami sedang menyelidiki semua sudut. Saya harus menyelidiki dengan sangat hati-hati dan mendalam. Ini adalah masalah internasional," kata Mazlan, pada Minggu (22/4).

Dia mengatakan otopsi sedang dilakukan di rumah sakit setelah itu mayat itu akan dilepaskan ke keluarga.

Dalam sebuah pernyataan dari Jalur Gaza yang dikuasai Hamas, keluarga korban mengatakan, "Kami menuduh Mossad berada di balik pembunuhan itu."

Gerakan Islamis Palestina mengatakan Batsh, seorang ilmuwan penelitian yang mengkhususkan diri dalam masalah energi, adalah salah satu anggotanya.

Mohammad Shedad, 17, seorang murid dan kerabat korban, juga menyalahkan Mossad atas pembunuhan itu.

"Ini benar-benar ulah Mossad. Fadi adalah orang yang sangat pintar, siapa pun yang pintar adalah ancaman bagi Israel," katanya kepada AFP di luar rumah korban Malaysia.

"Fadi adalah anggota Hamas dan tahu bagaimana membuat roket. Jadi (Israel) berpikir dia berbahaya."

Batsh meninggalkan istri dan tiga anak kecil. Dia telah tinggal di Malaysia selama 10 tahun terakhir.

Ahmad Abu Bakar, 33, seorang mahasiswa asing yang belajar di Malaysia, mengatakan dia telah mengenal korban selama dua tahun.

"Dia ramah dan dia berkhotbah tentang hal-hal baik. Dia tidak pernah memberitakan kebencian. Saya terkejut dengan pembunuhan itu," katanya.

Robert Anthony, 56, seorang penjaga keamanan di sebuah sekolah dasar Cina di dekat tempat kejadian, mengatakan dia mendengar suara tembakan namun menganggap mereka "petasan". (AFP/OL-1)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya