Headline

Senjata ketiga pemerataan kesejahteraan diluncurkan.

Fokus

Tarif impor 19% membuat harga barang Indonesia jadi lebih mahal di AS.

Seorang Jurnalis Tewas Saat Aksi Protes Terjadi di Nikaragua

Anastasia Arvirianty
22/4/2018 18:05
Seorang Jurnalis Tewas Saat Aksi Protes Terjadi di Nikaragua
(AFP PHOTO / Ezequiel BECERRA)

SEORANG wartawan Nikaragua ditembak mati pada Sabtu (21/4) ketika sedang merekam konfrontasi antara demonstran dan polisi, di tengah gelombang protes terhadap pemerintah yang telah menyebabkan 11 orang tewas.

Miguel Angel Gahona dibunuh oleh seorang penembak jitu di Kota Bluefields, di Pantai Karibia Nikaragua.

"Kami yakin seorang penembak jitu melepaskan tembakan, itu bukan orang-orang muda. Satu-satunya orang yang bersenjata adalah polisi dan polisi anti huru hara," kata rekannya Ileana Lacayo kepada stasiun televisi Canal 15.

Sejak protes meletus pada Rabu (18/4) yang terbesar dalam 11 tahun Presiden Daniel Ortega di kantor, wartawan dilaporkan menghadapi serangan, ditahan sementara, dan peralatan kerja mereka dicuri. Sementara itu, empat saluran televisi independen diambil dari udara pada Kamis (19/4), meskipun hanya satu yang saat ini tetap ditutup.

Orang-orang Nikaragua telah turun ke jalan karena perubahan yang diusulkan untuk sistem pensiun, yang akan membuat pekerja dan majikan membayar lebih banyak untuk sistem pensiun. Reformasi akan bertujuan untuk menyelesaikan defisit US$76 juta yang dihadapi oleh lembaga jaminan sosial negara.

Ortega, dalam upaya untuk menenangkan protes, sepakat Sabtu untuk mengadakan dialog dengan sektor swasta pada reformasi hukum jaminan sosial. Namun, serikat usaha sektor swasta terkemuka Nikaragua mengatakan tidak akan ada pembicaraan kecuali pemerintah "segera menghentikan penindasan polisi."

Setelah pidato presiden, bentrokan antara demonstran muda melemparkan batu dan polisi anti huru hara menggunakan gas air mata yang berkobar di ibukota Managua, dengan pawai lainnya yang terjadi di sekitar negara Amerika Tengah yang miskin.

Menurut Ortega, yang pertama kali memerintah pada 1980-an, dan kembali berkuasa pada 2007, protes didukung oleh organisasi anti-pemerintah yang didanai dari dalam Amerika Serikat untuk menebar teror dan ketidakamanan. (AFP/OL-1)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya