Headline

DPR klaim proses penjaringan calon tunggal hakim MK usulan dewan dilakukan transparan.

IS Meninggalkan Kehancuran di Marawi

AFP/Arv/I-1
02/4/2018 05:00
IS Meninggalkan Kehancuran di Marawi
(AFP PHOTO / TED ALJIBE)

HARI pertama kembali ke rumahnya, di Marawi, Mindanao Selatan, kemarin, Samsida Mangcol, 44, hanya bisa mencucurkan air mata. Rumahnya telah rata dengan tanah. Yang tersisa hanya puing-puing. Perabotan rumahnya telah telah menjadi arang.

"Saya menangis dalam kemarahan dan rasa sakit," ujar Mangcol menyaksikan bekas butik pengantinnya yang telah hancur. Coretan dengan tulisan 'Saya Cinta IS' terpampang di salah satu dinding butik yang tersisa.

"Saya dulunya menyewakan pakaian. Namun, sekarang saya telah menjadi seorang pengemis dan harus meminta kepada kerabat makan dan pakaian," kata ibu tiga anak itu sambil mengelus robekan gaun pengantin miliknya.

Mangcol kembali ke Marawi bersama dengan ribuan warga kota yang mayoritas warganya muslim, kemarin. Mereka diizinkan kembali hanya tiga hari, untuk melihat rumah lama mereka dan menyelamatkan apa yang mereka bisa sebelum pembangunan kembali kota itu dimulai.

Sebagian besar kota itu telah hancur akibat pertempuran antara militer Filpina dan para pengikut Islamic State (IS) yang menewaskan hampir 1.200 orang tahun lalu.

"Rumah kami masih baru ketika kami meninggalkannya. Kami telah menyiapkan segalanya untuk Ramadhan," kata Maimona Ambola, 44.

"Bom telah menghancurkan semuanya. Tempat tidur kami telah berubah menjadi abu," keluh ibu tujuh anak itu.

Kota muslim di tengah warga Filipina yang mayoritas penganut Katolik itu dikepung ratusan kelompok lokal dan asing bersenjata yang mengibarkan bendera IS. Mereka ingin menjadikan kota itu sebagai basis IS di Asia Tenggara.

Pertempuran, yang berakhir pada Oktober lalu, ialah krisis keamanan terbesar di bawah Presiden Rodrigo Duterte. Pertempuran itu menyebabkan kehancuran mirip dengan Aleppo dan Mosul di Suriah.

Pertempuran itu juga menyebabkan kota berpenduduk 200 ribu jiwa itu ditinggalkan warganya untuk menyelamatkan diri. Mereka sejak itu tinggal di pusat-pusat evakuasi atau dengan kerabat di kota-kota lain.

Adapun, beberapa bulan setelah pertempuran berakhir, penduduk setempat masih menghadapi risiko lain.

Menurut Kolonel Romeo Brawner, wakil komandan satuan tugas militer di Marawi, zona konflik itu memiliki 53 bom yang belum meledak sisa dari serangan udara militer serta 226 kilogram bahan peledak yang ditinggalkan para pengikut IS. "Kami kekurangan peralatan untuk menggali bom. Satu bom yang kami temukan, misalnya, membutuhkan waktu sampai lima hari karena kami harus menggali hingga kedalaman 10 meter dan lebar 10 meter," kata Brawner.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya