Headline

Banyak pihak menyoroti dana program MBG yang masuk alokasi anggaran pendidikan 2026.

Rindu Demokrasi Taipan Muda Terjun ke Politik

AFP/Aanastasia Arvirianty/I-1
16/3/2018 06:11
Rindu Demokrasi Taipan Muda Terjun ke Politik
(AFP PHOTO / LILLIAN SUWANRUMPHA)

BAGI Thanathorn Juangroongruangkit, seorang taipan berusia 39 tahun, kondisi politik Thailand yang bersengkarut sungguh membuat gundah hati. Dia pun tidak segan-segan meninggalkan bisnisnya dan terjun ke dunia politik dengan tujuan menegakkan demokrasi.

Bersama dengan seorang profesor hukum muda, Piyabutr Saengkanokkul, Thanathorn mendirikan sebuah partai progresif, Future Forward. Partai baru itu didirikan setelah keduanya terlibat dalam percakapan mendalam hingga larut malam tiga bulan lalu.

Keduanya meluncurkan partai baru itu di sebuah kawasan seni di Bangkok, kemarin. Partai tersebut mengincar suara kaum muda di negeri yang sarat kudeta dan korupsi itu dengan janji mengeluarkan dari kebuntuan politik di antara dua faksi utama.

Mereka sekarang berada di antara puluhan kelompok baru yang telah mendaftar dalam registrasi partai pada bulan ini, yang diadakan menjelang pemilihan yang telah dijanjikan junta yakni pada awal 2019.

Namun, partai mereka telah mendominasi pembicaraan di kota itu selama berminggu-minggu, dengan kekayaan, penampilan segar, dan nilai-nilai liberal Thanathorn yang mencambuk masyarakat prodemokrasi kerajaan itu ke dalam buih kegembiraan.

Menurut para analis, meroketnya popularitas partai itu menunjukkan kerinduan akan wajah-wajah segar di arena politik negeri itu yang didominasi 'penjaga tua' yang telah membangun kekuatan mereka melalui kultus kepribadian dan patronase.

Kudeta militer yang berulang telah merongrong demokrasi Thailand. Junta militer yang berkuasa saat ini melarang semua kegiatan politik sejak mereka mengambil alih kekuasaan melalui kudeta pada 2014.

Dengan sebuah resume yang memikat mulai dari aktivis mahasiswa sayap kiri hingga ke maraton ultra dan memimpin kerajaan suku cadang mobil keluarga, Thanathorn mengatakan bahwa dia memenuhi syarat untuk membawa negara itu menuju masa depan yang lebih demokratis.

"Apa yang saya lihat di sana adalah masyarakat yang berada di ambang kehancuran," tutur penerus Thai Summit Group tersebut saat ditemui AFP di sebuah perpustakaan di rumahnya yang luas. Dia mengatakan represi telah menyebabkan ketidaksetaraan dan bias keadilan yang membelit kerajaan itu. "Saya tidak ingin anak-anak saya dan orang-orang dari generasi baru harus menghadapi kudeta setiap dekade," kata ayah tiga anak ini, yang telah melihat empat usaha kudeta dalam hidupnya.

Taipan muda itu telah diperbandingkan dengan politikus muda 'luar' lainnya yang kini tengah menggejala di seluruh dunia, seperti Emmanuel Macron dari Prancis.

Namun, bagi beberapa orang, kedatangan Thanathorn di panggung politik bak mengingatkan pada jalan politik yang ditempuh mantan perdana menteri Thailand yang kini diasingkan, Thaksin Shinawatra. Miliuner telekomunikasi 68 tahun itu naik ke tampuk kekuasaan 'Negeri Gajah Putih' pada 2001 dan menjadi jantung perpecahan politik kerajaan tersebut.

Faksi Thaksin menyebut diri mereka sebagai gerakan prodemokrasi yang telah menjadi korban elite yang bersekutu dengan tentara. Persekutuan mereka telah berulang kali mendongkel pemerintahan terpilih.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya