Headline
Banyak pihak menyoroti dana program MBG yang masuk alokasi anggaran pendidikan 2026.
Banyak pihak menyoroti dana program MBG yang masuk alokasi anggaran pendidikan 2026.
TALIBAN terlihat belum menanggapi tawaran perundingan damai Afghanistan dari Presiden Ashraf Ghani pada bulan lalu. Para analis menganggap perdebatan internal ialah soal manfaat yang melibatkan pemerintah yang selama ini dianggap tidak sah.
Selama dua minggu sejak tawaran Ghani, Taliban telah mengunggah sebuah pernyataan dan sebuah komentar yang tidak bertanggal di situs Alemarah mereka, 'Membekukan rencana yang dipuji pejabat AS (Amerika Serikat) sebagai berani'.
Komentar yang diposkan pada Selasa (13/3) itu mengulangi bahwa Taliban siap bernegosiasi, tetapi hanya dengan AS karena Afghanistan masih dianggap negara 'budak'.
Ejekan itu menyusul sebuah pernyataan pada akhir pekan lalu bahwa Taliban menggambarkan pemerintah Afghanistan 'tidak sah' dan upaya proses perdamaian itu sebagai 'penipuan'.
Pesan tersebut juga menyerukan pemboikotan konferensi ilmuwan Islam di Jakarta untuk membahas prospek perdamaian di Afgha-nistan. "Apa yang dikatakan oleh pernyataan tersebut adalah 'kita belum cukup mendengar untuk datang ke perundingan'," ujar seorang diplomat Barat di Kabul.
Namun, para ahli keamanan mengatakan proposal itu telah menempatkan Taliban, kelompok militan terbesar Afghanistan, dalam sebuah ikatan.
Penolakan langsung untuk berbicara dengan pemerintah Ghani akan memberi pembenaran pasukan Afghanistan dan AS untuk meningkatkan serangan udara terhadap kelompok militan itu.
Penerimaan, di sisi lain, akan merusak posisi kelompok yang telah lama menganggap pemerintah Afghanistan ialah boneka AS dan berisiko merusak kredibilitas sendiri di antara para pejuang mereka.
"Itu tidak akan sesuai dengan banyak anggota di tempat perlin-dungannya," kata Borhan Osman, analis senior International Crisis Group.
Keheningan Taliban juga telah memicu seruan berulang untuk tanggapan langsung terhadap usul Ghani yang dibuat dalam konferensi internasional di Kabul pada 28 Februari.
Pemimpin Afghanistan itu juga menyerukan gencatan senjata setelah Taliban bisa menjadi partai politik. "Itu bukan keputusan yang mudah, jika mereka menolak tawaran tersebut, mereka akan membuat pemerintah angkat tangan," kata seorang sumber keamanan Afghanistan.
Dinilai tidak serius
Tokoh senior di Dewan Kepemimpinan Taliban atau Quetta Shura menegaskan kelompok militan itu tidak menganggap rencana perdamaian Ghani dengan 'serius'. "Kami telah mengatakan bahwa kami akan berbicara dengan Amerika. Pemerintah Afghanistan adalah pemerintah boneka," katanya.
Akan tetapi, tidak semua pemimpin di kepemimpinan Taliban berpandangan sama. "Bebe-rapa orang berpikir bahwa mereka harus berbicara, beberapa orang berpikir bahwa mereka seharusnya tidak berbicara dengan orang Afghanistan, dan ada beberapa orang yang berpikir bahwa mereka seharusnya tidak berbicara sama sekali," ungkap seorang pejabat Barat yang menghubungi Taliban.
Seorang mantan komandan Taliban di provinsi selatan Kandahar mengatakan beberapa pejuang 'benar-benar lelah', tapi tidak dapat menyerah karena keluarga mereka berada di Pakistan.
"Mereka akan melakukan apa pun yang Pakistan katakan karena keluarga mereka," katanya.
Pakistan telah lama dituduh mendukung Taliban dan memberikan perlindungan yang aman kepada para pemimpin kelompok itu. Islamabad menyangkal itu.
Lebih dari 16 tahun memasuki pemberontakan, Taliban tampaknya memiliki beberapa alasan untuk mendiskusikan perdamaian dengan Kabul, yang telah berulang kali mengecam kegagalan untuk melindungi warga sipil Afgha-nistan.
(AFP/Ire/M-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved