Headline

DPR klaim proses penjaringan calon tunggal hakim MK usulan dewan dilakukan transparan.

Tiongkok Sambut Positif Pertemuan AS-Korut

Irene Harty
09/3/2018 19:55
Tiongkok Sambut Positif Pertemuan AS-Korut
(AFP)

TIONGKOK menyambut baik pengumuman bersejarah yakni pertemuan antara Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong Un.

Hal itu sebagai desakan yang menunjukkan ‘keberanian politik’ dalam mengejar denuklirisasi semenanjung Korea.

"Kami menyambut baik sinyal positif dari AS dan Korut untuk melakukan dialog langsung," ungkap juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok, Geng Shuang dalam konferensi pers reguler, di Beijing, Jumat (9/3).

Dia menambahkan dengan begitu masalah nuklir semenanjung Korea bergerak ke arah yang benar. "Kami berharap semua pihak dapat menunjukkan keberanian politik dan membuat keputusan politik yang tepat," kata Geng.

Saat ditanya kemungkinan Tiongkok menjadi tuan rumah pertemuan tersebut, Geng hanya menjawab, "Peran kami dalam mengurangi ketegangan sangat diperlukan."

Di bawah tekanan Trump, Tiongkok mendukung serangkaian sanksi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) terhadap Korut. Sebagai balasannya, Tiongkok telah lama mendesak AS untuk bertemu Korut, dengan mengatakan kedua belah pihak perlu meredam pertikaian mereka secara langsung.

Peredaman tersebut terjadi setelah masa ketegangan yang ekstrem antara Washington dan Pyongyang, yang terkesan seperti perselisihan malah semakin meningkat.

Sebelumnya, dalam kunjungan ke Gedung Putih pada Kamis (8/3), Penasihat Keamanan Nasional Korea Selatan (Korsel) Chung Eui Yong mengumumkan, rencana pertemuan pertama antara kedua pemimpin tersebut yang akan berlangsung pada akhir Mei.

Chung pergi ke Washington setelah melakukan perjalanan ke Pyongyang bertemu dengan Kim, yang katanya ‘bersedia bertemu Trump sesegera mungkin’. Setelah mengunjungi Washington, Chung akan pergi ke Tiongkok dan Rusia.

Dengan beredarnya kabar pertemuan kedua pemimpin, beragam pandangan muncul dari para analis. Keraguan timbul untuk langkah penting persiapan dalam waktu singkat antara keduanya untuk pertemuan Mei mendatang.

Sementara itu, lokasi pertemuan juga menjadi perhatian dengan anjuran lokasi netral dengan bobot simbolisme yang kurang seperti Beijing dan Jenewa.

Untuk kesiapan AS, Menteri Luar Negeri AS Rex Tillerson pesimistis akan negosiasi.

Diplomat Utara terkenal sebagai negosiator yang tangguh, namun ceroboh. Sedangkan Kementerian Luar Negeri AS kekurangan spesialis Korea.

Duta Besar AS untuk Seoul Victor Cha dikesampingkan karena penolakannya atas gagasan serangan AS.

Perwakilan Khusus AS untuk kebijakan Korut, Joseph Yun juga pensiun minggu lalu sehingga tidak ada rangkaian negosiasi di awal.

"KTT biasanya datang pada akhir serangkaian negosiasi panjang di tingkat bawah di mana banyak setan dalam rincian dipalu," kata Profesor Universitas Nasional Pusan Robert Kelly.

"Trump, selalu pencari publisitas, dia men-tweet, memperingatkan bahwa ada risiko, lalu akan menggunakan dekade kebijakan bersama AS-Korsel," paparnya.

Trump dan Kim secara radikal berbeda tapi di satu sisi sangat mirip. Kim dipilih sebagai pewaris dan selama enam tahun di kantor, sedangkan Trump menjadi Presiden AS yang paling tidak terkenal sepanjang sejarah.

Keduanya mirip dari sisi mengikutsertakan keluarga dalam jajaran terdekat pemerintahannya, dan memiliki selera pertunjukkan yang sama yakni parade militer setiap tahunnya. (AFP/OL-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Eko Suprihatno
Berita Lainnya