Headline

Pemerintah belum memastikan reshuffle Noel.

Iran Akan Hengkang Dari Kesepakatan Nuklir, Jika ...

Antara
22/2/2018 22:16
Iran Akan Hengkang Dari Kesepakatan Nuklir, Jika ...
(Ist)

IRAN akan hengkang dari kesepakatan nuklir 2015 jika tidak ada keuntungan ekonomi darinya, dan bank-bank besar terus gagal melakukan bisnis dengan Republik Islam tersebut.

Hal itu ditegaskan Wakil Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araqchi, Kamis (22/2). Kesepakatan pada Juli 2015 antara Iran dan enam negara besar - Inggris, Tiongkok, Prancis, Jerman, Rusia dan Amerika Serikat -itu memaksa Iran untuk membatasi program nuklirnya dengan imbalan keringanan sanksi yang telah melumpuhkan perekonomiannya.

Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyampaikan sebuah ultimatum kepada negara-negara kekuatan Eropa pada 12 Januari, dengan mengatakan bahwa mereka harus setuju untuk 'memperbaiki kekurangan mengerikan dari kesepakatan nuklir Iran' atau dia akan menolak memperpanjang peringanan sanksi AS terhadap Iran seperti yang diminta.

Sanksi AS akan terus berlanjut, kecuali Trump mengeluarkan 'keringanan' untuk menangguhkannya pada 12 Mei.

"Kesepakatan itu tidak akan bertahan dengan cara ini bahkan jika ultimatum tersebut disahkan dan keringanan diperpanjang," kata Araqchi saat menyampaikan pidato di Chatham House di London, seperti dinukil Reuters.

"Jika kebijakan membingungkan dan penuh dengan ketidakpastian seperti ini mengenai JCPOA berlanjut, jika perusahaan dan bank tidak bekerja dengan Iran, kami tidak dapat bertahan dalam kesepakatan yang tidak menguntungkan kami," tambah Araqchi.

"Itu fakta," tegasnya.

Trump melihat tiga aspek cacat dalam kesepakatan tersebut, yaitu kegagalannya untuk menangani program misil balistik Iran, persyaratan soal pengawas internasional dapat mengunjungi tempat yang diduga sebagai lokasi nuklir Iran, dan klausul 'matahari terbenam' yang membatasi program nuklir Iran mulai berakhir setelah 10 tahun.

Dia ingin ketiganya diperkuat jika AS tetap dalam kesepakatan nuklir, yang dikenal oleh para diplomat sebagai Rencana Aksi Komprehensif Bersama, atau JCPOA.

Iran memperingatkan bahwa jatuhnya kesepakatan tersebut akan mendorong dunia memasuki krisis nuklir lainnya.

"Jika kita kehilangan JCPOA, kita akan menghadapi krisis nuklir lagi," tandas Araqchi.

"Bagi orang Eropa atau masyarakat dunia, ketika kita berbicara tentang mempertahankan JCPOA dan menyelamatkannya, ini bukan pilihan antara pasar Iran atau AS, ini bukan pilihan untuk kerja sama ekonomi: ini adalah pilihan antara memiliki keamanan dan ketidakamanan," ujar Araqchi. (OL-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Eko Suprihatno
Berita Lainnya