Headline

Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.

Fokus

Ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat drastis sejak insiden perbatasan

Ancaman Revolusi gara-gara Mandi Dibatasi

AP/Wendy Mehari Utami/I-2
13/3/2015 00:00
Ancaman Revolusi gara-gara Mandi Dibatasi
(AP/FELIPE DANA)
MUSIM panas subtropis dengan suhu rata-rata 37 derajat celsius dan kelembapan mencapai 80% yang membuat badan terasa lengket menjadi alasan warga Brasil gemar mandi sampai tiga kali sehari.

Mandi, bagi warga Brasil, bukan sekadar membersihkan tubuh.

"Mandi itu bagian dari akar budaya kami, warga Brasil. Jika kami sampai tidak bisa mandi di negara sepanas ini, yah, mungkin bisa terjadi revolusi," tegas Renata Ashcar, penulis buku berjudul The Bath: Histories and Rituals yang diterbitkan pada 2006.

Ucapan Ashcar mungkin terdengar berlebihan, tapi survei Euromonitor, lembaga periset pasar berbasis di London, Inggris, menunjukkan warga Brasil termasuk warga yang paling sering mandi di dunia dengan 12 kali mandi dalam sepekan.

Mandi, bagi warga Brasil, disebut setara dengan sepak bola dan karnaval yang identik sebagai budaya 'Negeri Samba' itu.

Namun, kekeringan yang disebut-sebut terparah sepanjang delapan dekade tengah melanda wilayah Brasil tenggara, terutama kota terbesar di Amerika Selatan, Sao Paulo.

Tempat-tempat penampungan air dinyatakan kritis.

Sistem reservoir Cantareira yang merupakan sumber air bagi 9 juta penduduk Sao Paulo hanya berisi 13% dari kapasitasnya.

Imbauan publik pun mulai digencarkan supaya warga mengurangi mandi, tidak sering-sering mencuci mobil, juga menggunakan lagi air yang sudah dipakai.

Viviane Vargas, warga Rio de Janeiro, misalnya, mengaku sudah mulai menggunakan air bekas cucian baju untuk menyiram tanaman.

"Tapi saya belum bisa berhenti mandi tiga kali sehari. Saya tidak bisa hidup begitu," kata perempuan pramuniaga itu.

Warga cemas penggunaan air bakal dibatasi pemerintah dan frekuensi mandi pun bisa lebih jarang.

Kecemasan serupa berdampak pada industri.

Sissi Freeman, direktur marketing perusahaan sabun Granado, mengaku memang belum merasakan penurunan penjualan.

"Namun, perusahaan mulai mengembangkan produk tisu basah yang bisa menggantikan mandi sebagai cara membersihkan tubuh jika saja pengurangan jatah air benar diterapkan pemerintah."

Sejarawan Flavio Edler bahkan memperkirakan hal buruk.

Kata periset bidang sejarah higiene di fasilitas kesehatan milik pemerintah, Casa de Oswaldo Cruz,

"Jika benar pemerintah menerapkan pembatasan penggunaan air, jelas, kita akan mengalami kekacauan sosial!"



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Admin
Berita Lainnya