Headline

Presiden Prabowo berupaya melindungi nasib pekerja.

Fokus

Laporan itu merupakan indikasi lemahnya budaya ilmiah unggul pada kalangan dosen di perguruan tinggi Indonesia.

Keanggotaan GCC Qatar Terancam Dibekukan

Anastasia Arvirianty
31/10/2017 01:15
Keanggotaan GCC Qatar Terancam Dibekukan
(AFP PHOTO / FAYEZ NURELDINE)

MENTERI Luar Negeri Bahrain Sheikh Khalid bin Ahmed al-Khalifa, Senin 30/10, menyarankan untuk menangguhkan keanggotaan Qatar di Dewan Kerja Sama Teluk (GCC) sampai negara tersebut menerima tuntutan negara-negara Arab dalam krisis terburuk di kawasan itu selama bertahun-tahun. "Langkah yang benar untuk mempertahankan GCC ialah membekukan keanggotaan Qatar sampai mereka menurut dan menerima tuntutan negara-negara kita. Jika tidak, kami siap menerima fakta bahwa Qatar memutuskan meninggalkan GCC," tegas Al-Khalifa dalam cuitannya di Twitter.

Menanggapi hal itu, Emir Qatar menuduh Arab Saudi dan sekutu-sekutunya berusaha menjatuhkan pemerintahnya dengan embargo politik dan ekonomi yang hampir berlangsung selama lima bulan. "Mereka menginginkan perubahan rezim. Hal itu sangat jelas," kecam Sheikh Tamim bin Hamad Al-Thani dalam sebuah wawancara dengan CBS '60 Minutes'. Lebih lanjut, ia mengatakan, "Sejarah juga mengatakan kepada kita, mengajarkan kita, bahwa mereka mencoba melakukan itu sebelumnya, sejak 1996, setelah ayahku menjadi Emir. Hal itu terlihat sangat jelas dalam beberapa minggu terakhir ini."

Al-Thani juga menilai negara-negara tersebut tidak menyukai kemerdekaan Qatar, mulai cara Qatar berpikir, visi untuk wilayah Qatar, dan lain sebagainya. "Kami ingin kebebasan berbicara untuk masyarakat di wilayah ini. Dan mereka tidak senang dengan itu. Jadi mereka berpikir bahwa ini ialah ancaman bagi mereka," pungkasnya.

Pertemuan GCC
Bahrain, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan Mesir pada 5 Juni memutuskan hubungan dengan Qatar atas tuduhan Qatar mendukung ekstremisme dan terlalu dekat dengan saingan Arab Saudi, Iran. Namun, tuduhan itu telah disanggah oleh Doha. Didirikan pada 1981, GCC adalah serikat politik dan ekonomi yang mencakup Arab Saudi, Bahrain, Uni Emirat Arab, Oman, Kuwait, dan Qatar. Para ahli telah memperingatkan bahwa krisis diplomatik yang telah berlangsung selama hampir lima bulan dapat menyebabkan kematian enam negara tersebut.

"Bahrain tidak akan menghadiri pertemuan puncak dengan Qatar, yang semakin dekat ke Iran setiap hari dan membawa pasukan asing (ke tanahnya), langkah-langkah berbahaya untuk keamanan negara-negara GCC," kata Al-Khalifa. Anggota GCC dijadwalkan bertemu sebelum akhir tahun. Namun, krisis tersebut dapat membuat pertemuan tahunan blok tersebut ditunda atau dibatalkan. Adapun Al-Thani memperingatkan segala bentuk konfrontasi militer akan menghancurkan kawasan Arab.

Kemungkinan terjadinya konfrontasi militer telah menghantui sejak boikot dimulai pada 5 Juni lalu. Media massa di negara-negara yang melakukan boikot mengusulkan diperluka adanya sebuah operasi yang dilakukan 'Tameng Peninsula', sayap militer dari GCC. Tameng Peninsula terakhir kali diturunkan saat militer Arab Saudi dan Bahrain mengirimkan pasukan ke Bahrain untuk meredam Arab Spring pada 2011. "Jika Tameng Peninsula diterjunkan, saya khawatir kawasan ini akan menjadi kacau balau," ungkap Al-Thani. (AFP/AP/I-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik