Headline
Presiden Prabowo berupaya melindungi nasib pekerja.
Laporan itu merupakan indikasi lemahnya budaya ilmiah unggul pada kalangan dosen di perguruan tinggi Indonesia.
PASUKAN Irak menggelar serangan pemungkas untuk membersihkan sisa-sisa kelompok militan Islamic State (IS) di negeri itu. Kamis (26/10), benteng pertahanan terakhir kelompok militan itu diserbu. Serangan tersebut sudah ditunggu-tunggu warga Irak dan kalangan yang anti-IS. Mereka menyebut penyerbuan itu sebagai pertarungan besar untuk mengakhiri propaganda kekhalifahan yang dikampanyekan IS selama ini.
Namun, di balik semangat untuk menghancurkan IS, muncul kekhawatiran. Sejumlah kalangan khawatir tentara Irak akan memerangi pasukan Kurdi setelah IS runtuh.
Hal itu didasarkan pada adanya perselisihan sengit antara pemerintah Irak dan para pemimpin Kurdi. Seperti diketahui, sejak pemimpin Kurdi memaklumatkan pelaksanaan referendum untuk kemerdekaan mereka bulan lalu, hubungan antara Baghdad dan pemimpin Kurdi semakin memanas. Sejumlah kalangan khawatir hal itu akan menjadi sandungan dalam memerangi IS.
Namun, kekhawatiran itu tidak terbukti. Saat penyerbuan kemarin, pasukan federal dan paramiliter bersekutu dan terus maju menyudutkan tentara IS sampai Lembah Eufrat mengarah ke perbatasan Suriah. Upaya itu bertujuan merebut kembali dua kota yang dikuasai kelompok Arab Sunni. Pascainvansi Amerika Serikat (AS) pada 2003, kota itu dikuasai para pemberontak dan dijadikan sebagai benteng.
Menurut pemerintah Irak, pada 2014 hingga saat ini, mereka telah merebut kembali sekitar 90% wilayah kekuasaan IS di negara itu. Ruang gerak milisi IS kini terbatas hanya di wilayah hamparan lembah yang berdekatan dengan beberapa daerah kekuasaan kelompok itu di Suriah. “Legiun heroik terus maju menembus sarang teroris terakhir di Irak untuk membebaskan Al-Qaim, rawa serta desa dan dusun di sekitarnya,” kata Perdana Menteri Haider Al-Abadi dalam sebuah pernyataan.
Kota Al-Qaim selama bertahun-tahun dijadikan sebagai benteng oleh pemberontak Arab Sunni. Pasukan AS telah berulang kali melakukan operasi dengan sandi seperti ‘matador’ dan steel curtain pada 2005 untuk mengusir mereka, tapi gagal. Namun, lewat pernyataan, Al-Abadi memastikan wilayah-wilayah itu akan kembali ke pelukan Irak. “Para milisi IS hanya punya dua pilihan, yaitu mati atau menyerah,” tegasnya.
Komandan Operasi Regional Jenderal Qassem al-Mohammedi menambahkan pasukan pemerintah melancarkan serangan dari timur, tenggara, utara, dan selatan. Polisi federal, pasukan kontra terorisme elite, serta paramiliter Hashed al-Shaabi ikut mendukung tentara. (AFP/Arv/I-4)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved