Headline
Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.
Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.
KETEKUNAN akan berbuah manis. Ungkapan itu dialami Malala Yousafzai, gadis muda peraih Nobel Perdamaian. Kegigihannya mengadvokasi pendidikan, khususnya untuk kaum perempuan di negaranya Pakistan, berbuah prestasi bergengsi. Setelah meraih Nobel Perdamaian, mimpi remaja berusia 20 tahun itu untuk menimba ilmu di universitas ternama di dunia terwujud. Malala tak bisa menahan perasaan senang ketika mengetahui namanya tertera di daftar ribuan siswa yang diterima di Universitas Oxford.
Kampus itu merupakan universitas bergengsi di Inggris yang diidamkan jutaan pelajar di dunia. Pada Kamis (17/8), Malala mengumumkan bahwa dia telah memenangi kursi di Universitas Oxford. "Saya sangat bersemangat bisa kuliah di Oxford," ujarnya dalam sebuah pesan di Twitter. Dia juga mencantumkan sebuah gambar berupa pesan dari Universitas Oxford tentang diterimanya dia pada fakultas filsafat, politik, dan ekonomi (PPE).
Di universitas itu, PPE ialah jurusan bergengsi yang telah menghasilkan banyak politikus Inggris dan pemimpin dunia, termasuk mantan Perdana Menteri (PM) Inggris David Cameron dan mendiang PM Pakistan Benazir Bhutto. Nama Malala melambung dan dikenal di dunia setelah seorang anggota Taliban menembak kepalanya pada 2012 silam. Saat itu dia tengah dalam perjalanan pulang ke rumahnya di Lembah Swat.
Ketika tragedi itu terjadi pada Oktober 2012, Malala baru berusia 15 tahun. Ia disasar anggota Taliban karena kegigihannya berkampanye menentang usaha kelompok radikal itu memberantas pendidikan untuk kaum perempuan. Malala pun diterbangkan ke pusat Kota Birmingham, Inggris, untuk mendapatkan perawatan intensif. Setelah sembuh, dia dan keluarganya tinggal di sana.
Pemerintah Inggris kemudian memberikan fasilitas penuh kepada gadis remaja itu untuk melanjutkan pendidikan dan melakukan kegiatan advokasi.
Malala dinobatkan sebagai salah satu penerima Nobel Perdamaian pada 2014. Insiden penembakan itu telah menghantarkan dia memenangi hadiah paling bergengsi itu. Saat mendapatkan hadiah tersebut, Malala baru menginjak usia 17 tahun. Dia menerima Nobel Perdamaian bersama dengan Kailash Satyarthi dari India yang memperjuangkan hak anak-anak. Malala, pada Juli, membuka akun Twitter di hari terakhir sekolahnya.
Dia menulis sebuah pengalaman yang digambarkan sebagai hal yang sangat pahit. 'Saya tahu jutaan gadis di seluruh dunia tidak bersekolah dan mungkin tidak pernah mendapatkan kesempatan untuk menyelesaikan pendidikan mereka,' tulis Malala. Namun , dia mengaku sangat bersemangat menghadapi masa depannya dan berjanji akan terus memperjuangkan hak-hak anak perempuan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved