Headline
Konsistensi penegakan hukum perlindungan anak masih jadi tantangan
Konsistensi penegakan hukum perlindungan anak masih jadi tantangan
Di Indonesia, cukai rokok sulit sekali naik, apalagi pada tahun politik.
REZIM Korea Utara (Korut) mengancam akan menyerang instalasi militer Amerika Serikat (AS) di Guam dengan peluru kendali (rudal). Ancaman itu dilontarkan setelah Presiden Donald Trump memperingatkan bahwa Negeri Komunis itu bakal menghadapi 'ledakan dan kemarahan' setelah menerima laporan perkembangan nuklir Korut. Saling ancam antara Washington dan Pyongyang itu menunjukkan hubungan kedua seteru kian memanas terkait dengan program nuklir Korut.
Apalagi, Badan Intelijen Pertahanan (DIA) AS melaporkan Korut telah berhasil mengembangkan teknologi untuk menembakkan rudal antarbenua (ICBM) berhulu ledak nuklir mini. Laporan itu pula yang mendorong Trump menyatakan akan membalas setiap serangan Korut dengan 'ledakan dan amarah'. Hasil telaah baru itu merupakan kelanjutan sebuah laporan terpisah pemerintah AS yang memperkirakan bahwa Pyongyang memiliki hingga 60 senjata nuklir.
"Korea Utara sebaiknya jangan melakukan ancaman lagi terhadap AS," kata Trump, yang berbicara dari klub golfnya di New Jersey. "Mereka akan terkena ledakan dan kemarahan yang belum pernah disaksikan dunia," tegas suksesor Barack Obama itu. Nada Trump sangat berbeda dengan jaminan Menteri Luar Negeri Rex Tillerson pekan lalu bahwa Washington tidak sedang mengusahakan perubahan rezim di Pyongyang.
Hanya selang beberapa jam setelah peringatan Trump, rezim Kim Jong-un meningkatkan ancaman mereka dengan mengatakan Pyonyang mempertimbangkan serangan rudal di dekat instalasi militer strategis AS di Pulau Guam. "Segera setelah pemfinalan, serangan bisa dilakukan kapan saja begitu pemimpin Kim Jong-un membuat keputusan," ujar kantor berita resmi Korean Central News Agency (KCNA) mengutip sebuah pernyataan militer.
Komentar tersebut juga tampaknya menggemakan ancaman reguler Pyongyang, yang pada Senin (7/8) menyatakan akan mengubah Korea Selatan menjadi 'lautan api'. Pulau terpencil Guam--titik 210 mil persegi di Pasifik ialah pos terdepan militer AS. Pos itu menampung sekitar 6.000 tentara AS yang tersebar di seluruh fasilitas, termasuk Pangkalan Angkatan Udara Anderson yang luas, serta Pangkalan AL Guam.
Pesawat pengebom B1-B yang berpangkalan di Guam melakukan manuver di Semenanjung Korea pada Selasa (8/8). Menurut KCNA, langkah itu membuktikan bahwa 'imperialis AS ialah maniak perang nuklir'.
Operasi gabungan
Para analis mengatakan laporan intelijen AS bahwa Pyongyang memiliki hulu ledak nuklir mini akan mendorong operasi militer gabungan oleh AS dan sekutu mereka di kawasan. DIA mengatakan IC (komunitas intelijen) menilai Korut telah memproduksi senjata nuklir untuk pengiriman rudal balistik, termasuk pengiriman oleh rudal kelas ICBM. "Mungkin akan ada respons komponen militer yang semakin kentara sebagai imbas dari perkembangan semacam ini. Akan ada orang-orang yang mengadvokasi respons militer," kata Scott Snyder, pakar studi Korea di Council on Foreign Relations yang berbasis di New York, AS.
Tanggapan semacam, kata dia, itu mencakup lebih banyak lalu lintas pesawat bertenaga nuklir, pengerahan kembali kekuatan tambahan di kawasan, dan perluasan kehadiran angkatan laut yang di Asia Timur Laut yang melibatkan AS, Korea Selatan, dan Jepang. Gubernur Guam Eddie Calvo meremehkan ancaman Korut itu, tetapi mengatakan wilayah AS itu 'siap menghadapi kemungkinan apa pun'. (AFP/SCMP/Hym/I-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved