Headline
Pemerintah tegaskan KPK pakai aturan sendiri.
JAMSHED Jahan Ara masih ingat jelas ketika keluarganya harus melarikan diri dari India selama Pemisahan 1947. Dari rumahnya di Karachi, Pakistan, Ara, dengan suara gemetar, menceritakan pengalaman mengerikannya itu. Ara baru berusia enam tahun ketika harus menaiki kereta yang penuh sesak yang membawanya menuju Pakistan. Dia ingat jelas menyaksikan pasukan Sikh yang bersenjata mendekati mereka dan mendengar ayahnya memberi tahu saudara laki-lakinya untuk membunuh perempuan di keluarganya jika konvoi mereka diserang.
"Yang satu adalah istri saya, yang lain adalah adik perempuan dan anak perempuan saya," ujar Ara mengenang perkataan sang ayah. "Jadi sayang, jadilah pria berani. Saya tidak bisa menembak mereka. Kamu harus membunuh ketiganya dan kita akan melawan (Sikh) sampai akhir sebelum kita menyerah," tambahnya. Di lain pihak, Sukhwant Kaur selalu kesulitan menemukan kata-kata yang tepat untuk menjelaskan pengalaman keluarganya ketika melarikan diri menuju perbatasan India. Dari rumahnya di Amritsar, India Utara, perempuan 78 tahun ini masih mengingat jelas kengerian yang disaksikannya ketika masih berusia delapan tahun.
"Seorang ibu meminta anak laki-lakinya untuk menenggelamkannya ke sungai. Sebuah kolam kecil dengan mayat mengambang menjadi satu-satunya tempat untuk menemukan air," ujar Kaur mengingat semua kengerian. Kedua sisi perbatasan India-Pakistan terpisah 70 tahun lalu. Sekarang, sejarawan berlomba merekam catatan saksi hidup salah satu migrasi manusia terbesar dan mematikan sepanjang masa tersebut. Pada Agustus 1947, Kemaharajaan Britania (British Raj) resmi dibubarkan dan India yang merdeka pun lahir meskipun wilayah barat dan timurnya harus terpotong untuk membentuk Pakistan. Enam ribu kilometer perbatasan baru dibentuk hanya dalam waktu lima minggu. Lima belas juta orang terpaksa mengungsi.
Seluruh desa dibantai.
Puluhan ribu wanita diculik dan diperkosa. Mungkin sebanyak 2 juta nyawa melayang. Namun, di balik statistik mengerikan tersebut, ada cerita dari para saksi hidup yang melalui momen bersejarah yang masih mendefinisikan hubungan kedua negara hingga saat ini.
Seperti kisah Kaur dan Ara, selama beberapa tahun sekarang, organisasi di kedua sisi perbatasan termasuk Arsip Warga Negara Pakistan, Museum Pemisahan Amritsar, dan Arsip Pemisahan 1947 berlomba dengan waktu untuk merekam dan mendigitalkannya. "Generasi itu (Pemisahan) hampir habis meninggalkan kita. Ada rasa mendesak di sini," ujar Mallika Ahluwalia, Direktur Museum Pemisahan yang baru dibentuk.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved