Headline

Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.

Fokus

Ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat drastis sejak insiden perbatasan

Lagi, Seorang Wali Kota di Filipina Tewas Ditembak terkait Narkoba

Indah Hoesin
30/7/2017 17:57
Lagi, Seorang Wali Kota di Filipina Tewas Ditembak terkait Narkoba
(AP Photo/Bullit Marquez)

SEORANG wali kota di Filipina selatan tewas dalam razia narkoba di dekat rumahnya, Minggu (30/7) dini hari. Dia masuk dalam daftar Presiden Rodrigo Duterte sebagai tersangka teratas pengedar narkoba.

Reynaldo Parojinog merupakan wali kota ketiga yang tewas dalam penumpasan narkotika berdarah oleh pemerintah.

Parojinog, Wali Kota Ozamiz, tewas dalam baku tembak dengan aparat keamanan yang melaksanakan tugas di rumahnya.

Beberapa pucuk senjata dan obat terlarang sejenis sabu (methamphetamin) yang belum diketahui berapa besar jumlahnya disita dari rumah wali kota itu, kata Kepala Kepolisian Mindanao Utara, Timoteo Pacleb, kepada wartawan.

"Polisi mendapat serangan... sehingga polisi membalas," kata Pacleb.

Beberapa orang lain, termasuk istri Parojinog, tewas dalam penggerebekan itu.

"Keluarga Parojinog, jika Anda ingat, termasuk dalam daftar Presiden Duterte tentang tokoh-tokoh yang terlibat dalam perdagangan obat terlarang," kata Ernesto Abella, juru bicara presiden, dalam sebuah pernyataan.

Pada November, Wali Kota Albuera di Leyte bagian tengah Filipina yang Duterte minta untuk menyerah karena dugaan keterlibatannya dalam peredaran obat bius, tewas dalam baku tembak di dalam sel tahanannya.

Duterte telah berjanji melancarkan perang terhadap perdagangan obat terlarang walau menerima kritik dari berbagai kalangan, khususnya kelompok-kelompok hak asasi manusia.

Wali kota lainnya yang diduga terlibat dalam aktivitas itu di bagian selatan Mindanao dan sembilan orang 'kaki tangan'-nya tewas dalam baku tembak di sebuah tempat pemeriksaan polisi di Cotabatu pada Oktober 2016.

Para pengkritik mengatakan Duterte tutup mata atas ribuan kematian selama operasi-operasi oleh polisi yang melakukan eksekusi para pengedar obat terlarang itu.

Polisi mengatakan mereka telah membunuh para tersangka sebagai bela diri dan membantah keterlibatan dalam serangkaian pembunuhan para pengedar obat terlarang.

Dalam beberapa jumpa pers dan kegiatan publik, Presiden Duterte menunjukkan sebuah buku tebal yang dikatakannya berisi nama-nama pejabat yang diduga terkait dengan perdagangan obat terlarang. Buku itu berisi sekitar 3.000 nama.

Selain melancarkan perang terhadap perdagangan obat terlarang, Duterte berencana memerangi kelompok Maois -- setelah perlawanan lain di kawasan selatan oleh kelompok Islam sudah dipadamkan.

Ketika berbicara di depan pasukan yang tengah memerangi kelompok afiliasi Islamic State (IS) di Pulau Mindanao, Duterte mengatakan ia akan memerintahkan serangan melawan Tentara Rakyat Baru (NPA) setelah Kota Marawi berhasil dikusai kembali oleh pemerintah.

"Saya tidak ingin perundingan perdamaian," kata Duterte yang mengenakan seragam militer pada Kamis di pusat komando tentara yang hanya berjarak dua kilometer dari arena pertempuran.

"Tidak ada lagi perundingan, ayo perang," kata Duterte di dalam kesempatan lain di depan para pengusaha Kota Davao baru-baru ini.

Duterte kini harus menghadapi tantangan keamanan terbesar dalam masa kepresidenannya. Pasukan keamanan pemerintah terus tertekan untuk mengamankan pulau-pulau di selatan dari ancaman serangan kelompok Maois dan juga organisasi pro-IS yang dibantu warga negara asing. (Ant/OL-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya