Headline
Sebaiknya negara mengurus harga barang dulu.
KOTA Hamburg, Jerman, yang akan menjadi tuan rumah pertemuan puncak G-20 pada Kamis (6/7) bersiap menghadapi demonstrasi bertajuk Welcome to Hell yang diusung para aktivis antikapitalis, yang berpotensi menimbulkan kekerasan. Sebanyak 100 ribu demonstran diperkirakan bakal mewarnai pertemuan puncak G-20 yang dimulai besok (7/7) dan dihadiri Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, Presiden Rusia Vladimir Putin, dan pemimpin negara lain. "Semboyan ini adalah pesan yang agresif. tapi itu juga berarti melambangkan bahwa kebijakan G-20 di seluruh dunia bertanggung jawab atas kondisi mengerikan seperti kelaparan, perang, dan bencana alam," ujar penyelenggara aksi, Andreas Blechschmidt.
Blechschmidt mengatakan aktivis akan memblokade akses ke tempat pertemuan dan seperti biasa menyiapkan pilihan perlawanan militan menghadapi polisi. Kota terbesar kedua di Jerman itu telah mengerahkan sekitar 20 ribu polisi di sekitar lokasi pertemuan, lengkap dengan peralatan antihuru-hara, kendaraan lapis baja, helikopter, dan pesawat pengintai tanpa awak. Sebuah pusat penahanan untuk para demonstran yang tertangkap juga telah didirikan dengan kapasitas hingga 400 orang dan hakim yang berkuasa.
Sejauh ini sekitar 30 demonstrasi telah diumumkan akan terjadi sebelum dan selama pertemuan berlangsung yang digerakkan aktivis antiglobalisasi, pemerhati lingkungan, serikat pekerja, mahasiswa, dan kelompok gereja.
Sebagian besar aksi tersebut diperkirakan berlangsung damai. Namun, beberapa akan dipelopori kelompok militan anarkis dan sayap kiri radikal yang dikenal sebagai black block. Kelompok aktivis itu kerap bentrok dengan polisi, melemparkan batu, botol, atau cerawat (flare).
Kesan negatif
Hamburg telah mengeluarkan larangan demonstrasi di dalam kota dan di sepanjang jalan menuju bandara, juga mendesak para demonstran ke daerah-daerah pelabuhan di St Pauli dan Altona yang jauh dari lokasi pertemuan G-20.
Beberapa aktivis bersumpah akan menentang larangan tersebut dan berjanji 'melakukan pembangkangan sipil' serta memblokade logistik ke pertemuan G-20. Mereka menuding pihak berwenang telah mengubah Hamburg menjadi 'benteng' dan menyangkal hak konstitusional untuk berkumpul dan berdemonstrasi.
Namun, pemerintah kota berdalih pihaknya tidak akan mengambil risiko karena harus melindungi para pemimpin negara, sekitar 10 ribu delegasi, dan hampir 5.000 pekerja media dari ancaman serangan teroris atau para demonstran.
Perselisihan terkait dengan kamp-kamp demonstran di taman umun dan lapangan yang dibersihkan polisi dalam beberapa minggu terakhir di pengadilan juga meningkat ketika petugas kembali melakukan aksi serupa pada Minggu (2/7) dan Selasa (4/7).
Demonstran berhasil mendapatkan izin untuk mendirikan sekitar 600 tenda di dua taman pada Rabu (5/7). Sebuah gedung teater, gereja, dan warga setempat bahkan menawarkan tempat bagi para aktivis yang berasal dari luar Jerman dan Eropa. Pertemuan besar seperti G-20 dalam beberapa tahun terakhir biasanya digelar di lokasi terpencil. Namun, tuntutan logistik memaksa Jerman untuk menjamu perhelatan itu di sebuah kota besar dengan tempat yang luas dan puluhan hotel. (AFP/I-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved