Headline
Senjata ketiga pemerataan kesejahteraan diluncurkan.
Tarif impor 19% membuat harga barang Indonesia jadi lebih mahal di AS.
PASUKAN Filipina membombardir sebuah kota di wilayah selatan, kemarin, saat mereka memerangi kelompok milisi Maute yang menyekap sandera dan dilaporkan telah membunuh setidaknya 11 warga sipil. Operasi bersenjata itu dilakukan menyusul serangan-serangan awal kelompok milisi Maute di Kota Marawi yang berpenduduk mayoritas muslim, Selasa (23/5).
Kelompok Maute diketahui telah berbaiat setia kepada teroris internasional, Islamic State (IS), yang berpusat di Suriah dan Irak. Serangan milisi itu mendorong Presiden Rodrigo Duterte memberlakukan darurat militer di sepertiga bagian Filipina Selatan.
Pihak berwenang mengatakan upaya mengakhiri krisis yang terjadi terbukti sangat sulit. Meski hanya ada 30 sampai 40 orang bersenjata yang tersisa, gerilyawan bergerak dengan gesit melalui rumah-rumah dan telah menanam bom di jalan-jalan serta menahan sandera.
Menurut wartawan AFP, pertempuran sengit dapat didengar terus-menerus sepanjang hari. Militer juga mengatakan telah menjatuhkan bom di lingkungan perumahan.
"Kami menggunakan serangan udara," kata juru bicara militer setempat, Letnan Kolonel Jo-Ar Herrera, kepada wartawan di Marawi sesaat sebelum awan hitam besar membubung dari daerah yang dibom di dekat gedung pemerintah provinsi.
Sebagian besar dari 200 ribu penduduk Marawi telah melakukan eksodus ke luar kota. Mereka yang bertahan diingatkan untuk segera menjauh dari daerah tempat terjadinya pengeboman dan pertempuran. "Kami meminta orang-orang kami di Marawi untuk pergi ke tempat yang aman ... dan tinggal di dalam rumah," ujar Herrera.
Menurut pihak berwenang, sedikitnya 5 tentara, 2 polisi, dan 13 gerilyawan tewas dalam tiga hari pertempuran tersebut. Presiden Duterte, Rabu (24/5), mengungkapkan milisi pengikut IS yang mengamuk di Marawi memenggal kepala polisi setempat.
"Kepala polisi di Malabang dalam perjalanan pulang dihentikan sebuah pos pemeriksaan yang dijaga teroris dan saya pikir mereka memenggalnya saat itu juga," kata dia.
Di hari yang sama, pihak gereja Katolik di Filipina mengatakan kelompok milisi mengancam akan membunuh seorang pendeta dan sandera lainnya. (AFP/Hym/X-8)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved