Headline

Banyak pihak menyoroti dana program MBG yang masuk alokasi anggaran pendidikan 2026.

Jalur Sutra Baru Indonesia-Tiongkok

(ChinaDaily/Indah Hoesin/I-2)
12/5/2017 03:14
Jalur Sutra Baru Indonesia-Tiongkok
(Ilustrasi)

"UNTUK perdamaian, untuk persahabatan," jawab Kaisar Dinasti Ming, Zhu Di, ketika Laksamana Cheng Ho bertanya tentang tugasnya mengarungi Samudra Hindia.

Sejak 1405 hingga 1433, Cheng Ho dengan misi tersebut sudah tujuh kali berlayar ke Samudra Hindia melalui jalur sutra (silk road) termasuk ke Nusantara. Dia berkunjung ke Pulau Kalimantan, Jawa, hingga Sumatra. Pertama kali berlabuh di Semarang, sejarah Cheng Ho ditandai dengan pembangunan Kelenteng Sam Poo Kong yang juga terdapat di Cirebon dan Surabaya.

Demikian pula ketika Cheng Ho berlabuh di Samudra Pasai, Aceh. Sebuah lonceng Cakra Donya diberikan Kerajaan Tiongkok sebagai ikatan persahabatan rakyat Tiongkok dengan Indonesia. Selain misi persahabatan, Cheng Ho juga membawa misi dagang melalui porselen, teh, dan sutra. Tidak hanya itu, sebagai seorang muslim, Cheng Ho juga membuka pintu komunikasi antara umat Islam Tiongkok dan Indonesia.

Hingga kini, semangat yang dibawa Cheng Ho terus membara dalam hubungan Indonesia-Tiongkok. Kedua negara bahkan tengah membangun Jalur Sutra Maritim Abad ke-21 yang merupakan pembaruan jalur sutra. Pertama kali diumumkan Presiden Xi Jinping pada 2013, jalur yang juga dikenal dengan The Silk Road Economic Belt and the 21st-century Maritime Silk Road ini diharapkan menciptakan jalur ekonomi yang membentang lebih dari 60 negara di seluruh dunia.

Mengintegrasikan Asia, Eropa, dan bahkan Afrika. Tidak hanya melalui darat, tapi juga laut. Indonesia sendiri menjadi pilihan pertama Tiongkok untuk menghidupkan Jalur Sutra Maritim Abad ke-21 itu. Hal itu karena jalur tersebut sejalan dengan kebijakan Presiden Indonesia Joko Widodo untuk kembali ke laut. Seiring dengan itu, Jokowi akan turut serta dalam Belt and Road Forum for International Cooperation (BRF) yang akan digelar di Beijing pada 14-15 Mei.

Menjelang kunjungan Jokowi tersebut, Kedutaan Besar Tiongkok di Jakarta merilis komik yang menggambarkan sejarah kerja sama Tiongkok dan Indonesia sejak era Cheng Ho hingga kini. Selain Jokowi, sekitar 20 pemimpin negara telah mengonfirmasi kehadiran mereka termasuk dari Eropa, Afrika, dan Amerika Latin. Itu menjadi bukti bahwa BRF menerima perhatian dan dukungan besar dari komunitas internasional.

Menurut Xi, BRF ini akan menjadi forum untuk mencari cara mengatasi masalah yang dihadapi ekonomi global dan kawasan. Menciptakan energi segar untuk mengejar pembangunan yang saling terkait dan membuat BRF menjadi manfaat besar bagi masyarakat seluruh negara. Dengan tema Cooperation for common prosperity, BRF akan fokus pada konektivitas kebijakan, transportasi, perdagangan, dan keuangan. Bukan hanya pemimpin negara, delegasi menteri dari beberapa negara, perwakilan organisasi internasional, dan para ahli juga akan turut diundang.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya