Headline

Dalam suratnya, Presiden AS Donald Trump menyatakan masih membuka ruang negosiasi.

Fokus

Tidak semua efek samping yang timbul dari sebuah tindakan medis langsung berhubungan dengan malapraktik.

Erdogan Diduga Lakukan Kudeta

09/5/2017 04:00
Erdogan Diduga Lakukan Kudeta
(AFP)

MESKIPUN sudah hampir setahun berlalu, kontroversi masih mengelilingi kudeta yang melanda Turki pada Juli tahun lalu.

Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, menyebut itu adalah 'hadiah dari Tuhan' dan menggunakan kudeta sebagai alasan untuk menindak keras lawan politiknya, Fethullah Gulen.

Di dalam negeri, Erdogan mengendalikan semua sektor baik itu peradilan dan media untuk mendorong suatu narasi yang mendukung tudingannya terhadap Gulen.

Secara sederhana, bukti yang diberikan Erdogan tidak mencapai standar yang diperlukan untuk sebuah tindakan di pengadilan independen mana pun.

Terkait kudeta, 15 Juli tahun lalu, beberapa perwira militer Turki, yang bukan pengikut atau pendukung Gulen, mengeluarkan laporan studi independen mereka yang menyebut kudeta mungkin adalah upaya Erdogan sendiri.

"Yang terpenting, yang membutuhkan 'kudeta' paling banyak, sudah pasti Erdogan dan Dogu Perincek (politisi sayap kiri Turki). Keduanya mendapat banyak manfaat dari hasil 15 Juli 2016, dengan memenjarakan, membersihkan, dan menyiksa ribuan orang tidak bersalah dan dengan secara bertahap memberantas demokrasi Turki," ujar laporan itu seperti dikutip situs Aei.

Dalam laporan setebal 73 halaman tersebut mereka membahas beberapa bidang kritis seperti siapa pembangkang, motivasi, kesadaran awal Erdogan, perannya dalam kejadian tersebut, pendukungnya di militer dan tempat lainnya.

Dengan judul A Search for Truth laporan ini juga memuat semua catatan pidato resmi, siaran pers, kesaksian para saksi dan kembali merekonstruksi peristiwa kudeta pada garis waktu yang akhirnya menghasilkan argumen dan serangkaian temuan.

Laporan ini membuat kasus persuasif bahwa narasi Erdogan salah. Beberapa pengikut Gulen mungkin berpartisipasi, namun sebagian besar merupakan perwira berpangkat rendah yang percaya bahwa mereka terlibat dalam latihan yang diperintahkan langsung oleh pengawas militer mereka, atau membuat pilihan yang salah saat menghadapi keputusan tentang sisi mana yang harus didukung ketika kejadian tersebut terjadi. (Ihs/I-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Msyaifullah
Berita Lainnya