Headline
Dalam suratnya, Presiden AS Donald Trump menyatakan masih membuka ruang negosiasi.
Dalam suratnya, Presiden AS Donald Trump menyatakan masih membuka ruang negosiasi.
Tidak semua efek samping yang timbul dari sebuah tindakan medis langsung berhubungan dengan malapraktik.
KANDIDAT Presiden Prancis Emmanuel Macron tampaknya memperkuat posisinya sebagai yang terdepan setelah terlibat adu argumen kasar dengan kandidat sayap kanan Marine Le Pen dalam debat televisi terakhir pemilihan presiden ‘Negeri Mode’ itu, Rabu (3/5) waktu setempat.
Kalangan pakar, surat kabar, dan jajak pendapat pemirsa Prancis semuanya menyatakan penampilan kandidat sentris itu merupakan yang paling meyakinkan.
Kedua kandidat beradu argumen dan saling melontarkan cacian selama lebih dari dua jam, dengan dalih terorisme, ekonomi, dan Eropa.
Putaran kedua pemilu Prancis yang mempertemukan Macron dan Le Pen berlangsung pada Minggu (7/5).
Penampilan mereka dalam debat final dilakukan dalam upaya merebut suara dari 18% pemilih yang belum menentukan pilihan mereka.
Televisi Prancis BFMTV menemukan pemilih yang menonton debat memiliki pandangan yang lebih baik pada Macron ketimbang Le Pen di hampir semua kategori. Sebanyak 63% responden yang diwawancarai mengatakan Macron paling meyakinkan.
Sejumlah surat kabar arus utama Prancis juga menyampaikan pandangan yang sependapat dengan responden dalam redaksional mereka pada Kamis (4/5) pagi waktu setempat.
Saling serang
Macron menikmati keunggulan dalam jajak pendapat. Namun, selama perdebatan kunci, Le Pen mengecamnya terkait catatannya sebagai menteri ekonomi di pemerintahan sosialis. Dia berhenti dari pos itu untuk membentuk gerakan En Marche!
Le Pen, kandidat Front Nasional, menuduhnya sebagai ‘kandidat globalisasi biadab’ dan mengatakan versinya tentang Prancis ‘ialah ruang perdagangan, tempat semua orang akan berjuang untuk diri mereka sendiri’.
Sebaliknya, Macron menuding Le Pen telah secara terbuka berbohong, tidak mengusulkan apa pun, dan membesar-besarkan kekhawatiran masyarakat.
“Pendeta besar pengkhotbah ketakutan duduk di hadapanku,” sindirnya.
Di bidang pengangguran, yang mencapai sekitar 10% secara nasional, Macron mengakui bahwa negara tidak mengatasi masalah tersebut. Le Pen lantas bertanya mengapa dia tidak menanganinya selama menjabat sebagai menteri ekonomi.
Macron kemudian menyebut lawannya, kandidat sayap kanan itu, sebagai ‘parasit’ yang akan memimpin negara tersebut memasuki perang sipil. Sebaliknya, Le Pen menggambarkan mantan bankir itu sebagai figur yang lunak dalam isu ekstremisme Islam.
“Keamanan dan terorisme ialah isu utama yang benar-benar hilang dari program Anda,” sergah Le Pen.
Tidak ada kandidat yang mengumumkan adanya perubahan besar dalam platform kebijakan mereka. Mereka malah menghabiskan sebagian besar jatah waktu yang diberikan untuk saling menyerang, sering kali bersifat pribadi.
Le Pen menyerang Macron, jika terpilih, akan berada di dalam saku Kanselir Jerman Angela Merkel.
“Bagaimanapun Prancis akan dipimpin seorang perempuan, entah saya atau Nyonya Merkel,” ujarnya.
Meski diserang, Macron berada di atas angin karena melakukan perlawanan dengan argumen bernas. Pada menit-menit akhir, dia menggunakan monolog tajam untuk menargetkan salah satu kerentanan terbesar Le Pen, ayahnya, Jean-Marie Le Pen.
Ayah Le Pen ialah mantan kandidat presiden ekstrem kanan yang berulang kali dihukum karena ujaran kebencian dan yang mendirikan partainya, National Front. (AP/BBC/I-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved