Headline
Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.
Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.
Ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat drastis sejak insiden perbatasan
KOREA Utara (Korut) merayakan ulang tahun ke-85 Tentara Rakyat Korut dengan latihan menembak besar-besaran pada Selasa (25/4).
Kantor berita Korea Selatan (Korsel) Yonhap, mengutip sumber pemerintah, mengatakan latihan itu merupakan 'yang terbesar yang pernah ada' di Korut dan diperkirakan langsung diawasi pemimpin Korut Kim Jong-un.
Sebelumnya, Korut diprediksi akan meluncurkan uji coba nuklir keenam atau peluncuran rudal lainnya untuk menandai peringatan militer. Namun, hal tersebut tidak terjadi dan sebaliknya, Kementerian Pertahanan Korsel mengatakan Pyongyang tengah melakukan latihan menembak besar-besaran di kota pelabuhan sebelah timur, Wonsan. Sementara itu, kapal selam bertenaga nuklir milik AS, USS Michigan, dilaporkan telah merapat di Busan di tengah ketegangan atas ambisi senjata Pyongyang.
Angkatan Laut (AL) Korsel melalui sebuah pernyataan mengatakan kapal tersebut akan ambil bagian dalam latihan bersama AS-Korsel untuk menunjukkan tekad kuat Seoul dan Washington dalam menghadapi provokasi Korut.
"Mereka akan berlabuh di Laut Timur atau Laut Jepang. Kedua sekutu juga akan memulai latihan angkatan laut bersama di Laut Barat atau Laut Kuning dalam situasi keamanan saat ini," ujar pernyataan tersebut.
Menurut situs Pasukan AL Pasifik AS, kapal selam itu mampu membawa lebih dari 150 rudal jelajah Tomahawk. Sebelumnya, AS juga telah mengirim kapal induk USS Carl Vinson ke Semenanjung Korea yang diperkirakan akan tiba akhir pekan ini.
Korut kerap menguji AS dengan ambisi rudal yang menurut negara itu mampu mencapai daratan AS. Ketegangan semakin meningkat dalam beberapa bulan terakhir karena serangkaian uji coba rudal yang diluncurkan Korut.
'Negeri Juche' itu berkeras senjata nuklir merupakan alat pertahanan diri dari invasi dan ancaman yang datang dari AS.
"Mereka (AS) secara eksplisit memberikan tekanan pada kita, yang sama berbahayanya dengan memulai perang," ujar juru bicara Kementerian Luar Negeri Korut dalam sebuah pernyataan yang dilaporkan kantor berita KCNA. Melalui surat kabar resmi Partai Pekerja Korut yang berkuasa, Rodong Sinmun, Korut juga kembali memperingatkan konsekuensi mengerikan yang akan diterima jika AS melakukan serangan preemptive.
"Hukuman paling brutal..di la-ngit dan darat serta laut dan dari bawah laut tanpa peringatan atau pemberitahuan sebelumnya," tulis surat kabar tersebut.
Tingkatkan sanksi
Presiden AS Donald Trump, kemarin, mendesak duta besar (Dubes) negara anggota Dewan Keamanan (DK) PBB mengetatkan sanksi terhadap Pyongyang.
"Ini adalah ancaman nyata kepada dunia. Korut ialah masalah besar dunia dan itu adalah masalah yang harus kita selesaikan," ujar Trump ketika bertemu 15 Dubes DK PBB di Gedung Putih.
"Status quo di Korut tidak bisa diterima, DK harus memberlakukan sanksi tambahan dan yang lebih keras terhadap Korut," ujarnya.
Sementara itu, perwakilan urusan nuklir Jepang, Korsel dan AS yang bertemu pada Selasa (25/4) di Tokyo, Jepang, juga bersumpah mengetatkan sanksi untuk Korut.
Ketiga perwakilan itu sepakat bahwa Tiongkok dan Rusia harus memainkan peran yang lebih besar untuk mengontrol Korut.
"Kerja sama dengan Tiongkok dan Rusia merupakan yang paling penting untuk menekan Korut," ujar Kim Hong-kyun, perwakilan dari Korsel. (AFP/Ant/I-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved