MENINGKATNYA ketegangan antara Arab Saudi dan Iran pascaeksekusi tokoh terkemuka Syiah, Nimr al-Nimr, dikhawatirkan akan memunculkan konflik sektarian yang lebih besar di kawasan Timur Tengah dan memicu lonjakan harga minyak dunia.
Pascapenyerangan dan pembakaran gedung kedutaan Saudi di Teheran oleh pengunjuk rasa Syiah, kerajaan memutuskan hubungan diplomatik dengan Iran, Minggu (3/1). Sehari setelah itu, sekutu Riyadh, Bahrain, juga mengumumkan pemutusan hubungan diplomatik dengan Iran.
"Kami bertekad tidak membiarkan Iran melemahkan keamanan kami. Kami bertekad tidak membiarkan Iran memobilisasi atau membangun sel-sel teroris di negara kami atau di negara-negara sekutu kami," tukas Menlu Arab Saudi Adel al-Jubeir, kemarin.
Sebaliknya, Iran menuduh Saudi menyulut konfrontasi dan menyalakan ketegangan sektarian di kawasan. Teheran menambahkan, pihaknya telah bertindak sesuai prosedur dengan menahan para pelaku penyerangan di kedutaan Saudi.
Ketegangan antara Riyadh dan Teheran merebak setelah Riyadh mengeksekusi 46 orang, empat di antaranya kalangan Syiah. Mayoritas yang dieksekusi didakwa terlibat dalam sejumlah aksi penyerangan di wilayah Saudi pada 2003-2006.
"Retaknya hubungan diplomatik antara Arab Saudi dan Iran bisa dengan mudah lepas kendali," kata Fawaz Gerges, kepala studi Timur Tengah kontemporer pada London School of Economics.
Sementara itu, pakar Timur Tengah yang sekaligus penasihat pada The Indonesian Society for Middle East Studies (ISMES), Smith Alhadar, berpendapat krisis hubungan Saudi-Iran akan membuat gesekan antara kalangan Sunni dan Syiah semakin tajam.
Dampak lainnya ialah akan menyulitkan prospek perdamaian di Yaman, antara pemberontak Syiah Houthi dan pihak pemerintah yang disokong koalisi Arab pimpinan Saudi. Dalam konflik itu, Iran merupakan pendukung setia Houthi.
"Pertikaian Saudi-Iran juga berdampak pada perdamaian di Suriah, karena posisi dua negara itu bertentangan. Saudi menyokong kelompok oposisi yang anti-Presiden Bashar al-Assad, sedangkan Iran mendukung rezim Suriah," ujarnya.
Salain itu, krisis diplomatik itu, kata Smith, bisa merembet ke Indonesia karena Iran dan Saudi memiliki basis pendukung masing-masing di Tanah Air. (AFP/Hym/X-5)