Headline
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.
Ada pepatah mengungkapkan bahwa orang yang pernah berselingkuh, akan terus selingkuh. Faktanya, sebuah studi baru sependapat dengan hal tersebut.
Para peneliti dari UCL mengungkapkan alasan mengapa peselingkuh cenderung berulang kali berbohong pada pasangan. Hal tersebut dikarenakan setiap kebohongan yang mereka keluarkan membuat mereka merasa lebih baik meski tahu telah melakukan hal buruk.
"Kami berspekulasi bahwa respon yang sudah kebal pada ketidakjujuran yang terus berulang mungkin mencerminkan penurunan respon emosional terhadap keputusan tersebut atau untuk penilaian afektif dan ciri khas," demikian menurut laporan tersebut.
Alasan mengapa hal tersebut muncul adalah karena adanya sebuah bagian otak bernama amigdala yang memberikan respons negatif ketika sedang berbohong.
Namun, setiap kali orang berbohong, respons yang diberikan oleh amigdala melemah sehingga seseorang merasa tidak terlalu merasa bersalah ketika berbohong.
Studi tersebut dirancang untuk menguji kemampuan orang dalam berbohong. Para peserta ditunjukkan sebuah gambar botol berisi koin yang jelas dan diminta untuk membantu seseorang yang melihat gambar secara samar untuk menghitung berapa jumlah koin.
Ketika mereka diberitahu akan menerima uang jika pasangan mereka kelebihan menghitung jumlah koin, mereka cenderung berbohong. Studi tersebut tak hanya berfokus pada perselingkuhan, namun juga beberapa hal serupa, seperti perzinahan.
"Saat pertama kali melakukan perzinahan, kita akan merasa buruk. Namun, ketika melakukannya lagi, rasa bersalah akan berkurang, bahkan akan melakukannya lagi," tukas asisten penelitian Neil Garrett.
Artinya, semakin seseorang sering berbohong, ia cenderung akan berbohong terus.
"Studi ini menunjukkan bahwa faktor kuat yang dapat mencegah kita dari perselingkuhan adalah reaksi emosional pada hal tersebut, bagaimana pada dasarnya kita merasa bersalah, dan bagaimana proses adaptasi dapat mengurangi reaksi tersebut, sehingga memungkinkan kita untuk berbohong lebih banyak," tambahnya.
Untuk mereka yang sering berselingkuh, Neil menjelaskan, kemungkinan awalnya mereka merasa bersalah, namun mereka telah beradaptasi dan tak merasa demikian lagi.
Atau kemungkinan lain, mereka tak pernah merasa bersalah telah berselingkuh sehingga tak perlu melakukan adaptasi lagi. MTVN/E-2
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved