Mengganti Sendi Lutut

MI/ENI KARTINAH
23/12/2015 00:00
Mengganti Sendi Lutut
()
ALIFIA, 63, berulang kali mengucap syukur ketika mengisahkan pengalamannya seusai menjalani operasi penggantian sendi lutut bulan lalu. Menurutnya, operasi itu merupakan salah satu hal terbaik dalam hidupnya.

"Sebelumnya, setahun terakhir saya pakai kursi roda karena kalau lutut digerakkan, sakitnya minta ampun," katanya saat ditemui di ruang fisioterapi sebuah rumah sakit (RS) di Jakarta, pekan lalu.

Pemilik usaha katering itu menjelaskan sudah lama dirinya didiagnosis menderita osteoartritis di kedua lututnya. Dokter pun sudah berulang kali menyarankan dia untuk menjalani operasi. Namun, ia ragu.

"Khawatir kalau sudah operasi tetap nggak bisa jalan. Tapi anak-anak terus membujuk. Akhirnya saya dioperasi dan bersyukur sekali sekarang bisa jalan lagi walau masih harus fisioterapi," tuturnya.

Osteoartritis seperti yang dialami Alifia merupakan salah satu penyakit sendi. Orang awam kerap menyebutnya sebagai pengapuran sendi.

"Osteoartritis terjadi ketika tulang rawan sendi yang menjadi bantalan antartulang menjadi aus, menipis, hingga lenyap sama sekali. Akibatnya, ketika sendi digerakkan, tulang-tulang pembentuk sendi beradu. Hal itu menimbulkan nyeri. Penderitanya pun sulit bergerak," terang dokter spesialis ortopedi dari MRCCC Siloam Hospital Semanggi, Jakarta, Andri Lubis, pada diskusi di RS tersebut, awal bulan ini.

Lebih lanjut, ia menjelaskan osteoartritis lebih sering terjadi karena faktor penuaan. Namun, faktor lain juga bisa mempercepat munculnya penyakit itu, seperti berat badan berlebih, aktivitas fisik yang tinggi, serta kecelakaan/trauma.

Osteoartritis bisa terjadi di semua sendi, tapi lebih sering menimpa sendi lutut dan panggul. "Karena kedua sendi itu yang paling banyak menanggung beban berat tubuh.

"Osteoartritis terjadi secara bertahap. Makin lama makin bertambah parah. Hingga saat ini, gangguan itu belum bisa diobati karena tulang rawan sendi yang aus tidak akan bisa pulih kembali. Satu-satunya jalan untuk mengatasinya ialah mengganti dengan sendi buatan atau implan.

"Pada osteoartritis tahap awal, pemberian suplemen, obat-obatan, dan penyuntikan pelumas sendi mungkin membantu meredakan nyeri. Tapi, kerusakan pada bantalan sendi terus berlanjut hingga suatu saat operasi penggantian sendi harus dilakukan," jelasnya.

Ditanggung BPJS
Andri menerangkan, dalam operasi penggantian sendi lutut, dokter akan membedah lutut pasien. Selanjutnya ujung tulang paha dan tulang kering yang membentuk sendi lutut dipotong. Setelah itu, sendi buatan (implan) dipasang menggantikan sendi yang rusak. Sendi implan itu terbuat dari bahan kobalt titanium dan plastik (polietilen) yang aman bagi tubuh.

Satu hal yang harus diperhatikan, menurut Andri, dalam operasi itu pemotongan tulang harus presisi. Bila tidak, pasien tidak akan bisa bergerak sempurna seperti sedia kala. Untuk menjamin ketepatan itu, dokter dibantu program komputer yang bisa menavigasi pemotongan tulang.

Andri mengingatkan, sendi buatan juga bisa rusak setelah dipakai dalam jangka waktu tertentu.

"Sendi buatan umumnya bertahan 10-20 tahun. "Disarankan, untuk menjaga kondisi sendi buatan itu, seseorang harus menurunkan kelebihan berat badan. Juga hindari aktivitas berintensitas tinggi, seperti olahraga yang melibatkan lari, lompat, dan loncat.

Satu hal yang menggembirakan, kata Andri, biaya operasi penggantian sendi itu termasuk yang ditanggung Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan dalam program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).

"RS pemerintah dan sejumlah RS swasta termasuk MRCCC Siloam melayani pasien BPJS Kesehatan," imbuhnya. (H-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Admin
Berita Lainnya