Headline
Kemenu RI menaikkan status di KBRI Teheran menjadi siaga 1.
ACARA makan malam mayit (mayat) yang diadakan oleh seniman Natasha Gabriella Tontey bekerja sama dengan Foorturama di Jakarta, Sabtu (25/2), dinilai melanggar norma-norma dan etika kemanusiaan. Pasalnya, makanan vegetarian sengaja disajikan di atas piring boneka bayi dan camilan berbentuk bayi berlumuran darah.
Acara berkonsep 'pertunjukan makan malam' untuk 15 orang itu informasinya disebar di media sosial. Lewat akun Youtube-nya, Natasha menyebut acara berjudul Makan Mayit ini bertujuan untuk mengeksplorasi "psikodinamika dari fantasi kanibal."
Sosiolog Universitas Nasional Sigit Rochadi mengatakan, makanan merupakan kebutuhan utama manusia. Tidak hanya di Indonesia, budaya universal mengatur makanan selain berkualitas juga harus disajikan dalam tatanan yang sopan serta tidak menabrak rambu-rambu kewajaran.
"Perilaku manusia itu tidak seperti binatang. Penelitian seperti itu jelas melanggar norma-norma etika kemanusiaan yang sangat menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia," ujarnya saat dihubungi Media Indonesia, Selasa (28/2).
Lebih parahnya, menurut Sigit, undangan jamuan makan dengan menyajikan atribut-atribut seperti itu dapat menandakan terjadinya kemunduran peradaban manusia. Meski tak dimungkiri, bagi sebagian orang, seperti misalnya seniman beraliran liberal, boleh jadi menganggap itu sebagai seni.
Namun, ia menilai ada banyak cara menyampaikan ide atau gagasan. Tidak melulu seni harus ditampilkan secara frontal, apalagi sampai melanggar norma-norma yang ada di masyarakat, akibatnya bisa menimbulkan salah persepsi ataupun pemahaman yang keliru.
"Bagaimanapun ingin melihat cara seseorang memperlakukan bayi, memperlakukan perempuan, tidak baik dengan cara seperti itu. Sangat tidak layak," tandasnya.
Makin Mayit, tentunya bukan makan badan atau tubuh orang-orang yang sudah mati betulan, namun jika dilihat dari foto-foto yang sudah banyak tersebar di dunia maya karya seni dari Tontey wajar bila bikin heboh karena nampak seperti betulan.
Lewat akun Facebook-nya, Tontey, seniman jebolan Universitas Harapan ini menjelaskan “Hal yang saya hadirkan dalam performance dan segala rangkaian acara adalah sebuah permen dan jelly dengan bentuk menyerupai bayi, dan bukan bayi yang sebenarnya." OL-2
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved