Headline
Perekonomian tumbuh 5,12% melampaui prediksi banyak kalangan.
Perekonomian tumbuh 5,12% melampaui prediksi banyak kalangan.
TEKNOLOGI bedah tulang atau ortopedi terus berkembang pesat. Salah satunya ditandai dengan adanya operasi bedah teropong sendi (artroskopi) yang notabene dapat dijadikan solusi menangani cedera pada bagian lutut, engkel, bahu, dan siku.
Namun dibandingkan negara Asia lain seperti Thailand, Filipina, ataupun Vietnam, Indonesia relatif masih tertinggal. Bukan semata-mata karena teknologi yang digunakan, melainkan akibat minimnya ketersediaan dokter spesialis ortopedi terutama yang ahli dalam melakukan operasi artroskopi.
dr. Bobby N Nelwan, SpOT mengatakan, dokter ortopedi di Indonesia saat ini baru mampu menangani cedera bagian lutut dan bahu. Pun sudah ada ahli di bidang sendi lain namun masih tersebar tidak merata di berbagai wilayah sehingga tidak terkonsentrasi dan menyulitkan pasien yang ingin berobat.
"Harus diakui kita ini sangat telat. Sekarang masih on progress membentuk ahli-ahli di bidang sendi yang lain, sementara jumlah dokter ortopedi yang ahli dan punya kompetensi untuk itu baru berjumlah 30 orang," ujarnya saat acara 'The 6th Live Surgery of Arthroscopy ACL & PCL Reconstruction Workshop' di RS Royal Progress, Jakarta, akhir pekan lalu.
Padahal, di Jakarta saja angka kecelakaan lalu lintas berdasarkan perhitungan Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya periode Januari-Agustus 2016 sebanyak 3.738 kejadian dengan kondisi luka berat 1.528 atau meningkat 3% dari tahun sebelumnya 1.458. Umumnya korban disertai luka pada bagian tertentu termasuk cedera lutut.
Selain itu, menurut Dokter Spesialis Ortopedi di RS Royal Progress tersebut, atlet profesional maupun olahragawan juga seringkali rentan mengalami cedera lutut. Dengan demikian, seyogianya keberadaan dokter ortopedi yang ahli menangani bidang sendi masih sangat dibutuhkan di Tanah Air.
"Yang ahli khusus di bidang itu sangat jarang. Bukan kita ngga bisa ngerjain, bisa tapi ngga ahli. Ibarat potongan piza, dokter ahli di bidang sendi ini punya peluang mendapatkan porsi yang besar karena peminatnya memang masih sangat sedikit," tukasnya.
Presiden Indonesian Orthopaedic Society for Sport Medicine & Arthroscopy (IOSSMA) I Gusti Made Febry Siswanto menegaskan, perlu upaya lebih untuk menarik minat dokter agar mau berkecimpung dalam keahlian di bidang sendi. Salah satu caranya dengan memberi pemahaman mengenai keuntungan teknik artroskopi.
Secara medis, atrroskopi hanya membutuhkan sayatan kecil sekitar 2-10 mm untuk memasukkan alat operasi ke dalam sendi. Lalu alat yang telah dilengkapi kamera tersebut akan memperlihatkan kondisi di dalam tulang lutut melalui layar monitor hingga kemudian dokter akan melakukan upaya perbaikan pada sendi.
"Dengan teknik artroskopi, waktu penyembuhan bisa lebih cepat hanya sekitar 6-9 bulan. Hanya saja pasca operasi tetap harus dilanjutkan dengan fisioterapi untuk dapat mengembalikan performance mereka dari awal," pungkasnya. (OL-4)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved