Headline

Berdenyut lagi sejak M Bloc Space dibuka pada 2019, kini kawasan Blok M makin banyak miliki destinasi favorit anak muda.

Fokus

PSG masih ingin menambah jumlah pemain muda.

Irama Jantung tidak Teratur Picu Stroke

MI
25/1/2017 08:41
Irama Jantung tidak Teratur Picu Stroke
(Antara)

KELAINAN irama pada jantung atau atrial fibriliasis (AF) merupakan gejala yang masih jarang dikenal masyarakat, yakni tidak teraturnya irama denyut jantung seperti terlalu cepat atau terlalu lambat dan dapat menyebabkan gangguan aliran darah sehingga mudah timbul gumpalan darah yang bisa memicu penyumbatan, dan salah satu risikonya yaitu stroke.

Menurut dr Antono Sutandar, SpJP (K) selaku Wakil Chairman Siloam Heart Institute (sHI) atrial fibriliasis merupakan gejala yang masih jarang dikenal masyarakat. Padahal, salah satu gejalanya yang paling mudah dikenali adalah detak jantung yang tidak teratur.

"Pencetus kelainan irama jantung bisa berupa kelainan tiroid,

kelainan atrium yang membesar akibat hipertensi darah, kelainan katup jantung, atau jantung yang lemah dan sebagian kecil disebabkan kelainan genetik," jelasnya pada media gathering di Rumah Sakit (RS) Siloam Kebon Jeruk, Jakarta, pekan lalu.

Prevalensi risiko pasien atrial fibriliasis, ujarnya, semakin

meningkat seiring bertambahnya usia. Usia di atas 75 hingga 80 tahun, prevalensi sekitar 10% hingga 15%, baik atrial fibriliasis yang terus-menerus (persistent atrial fibriliasis) atau atrial fibriliasis yang hilang timbul (paroxysmal atrial fibriliasis). Itu juga disertai risiko stroke yang meningkat.

"Semakin tua usia seseorang, semakin besar mengalami risiko atrial fibriliasis. Karena, biasanya terjadi pada jantung dengan ukuran besar dan tua. Gaya hidup yang tidak sehat bisa memberi dampak penuaan pada jantung, sehingga jantung tampak lebih tua daripada usia. Itu lebih berisiko terkena gejala atrial fibriliasis. Jadi usia di bawah 70 tahun tidak terlalu berisiko," ujarnya.

Untuk menangangani kelainan irama pada jantung, kata Antono, dapat dilakukan melalui dua cara. Pertama, dengan rate control (hidup berdampingan dengan atrial fibriliasis untuk mencari keseimbangan irama supaya tidak terlalu cepat atau lambat). Kedua, rhythm control atau mengembalikan irama menjadi normal.

Hasil jangka panjang antara rate control dan rhythm control tidak

berbeda jauh. Komponen lain yang penting adalah pencegahan stroke melalui pemberian obat pengencer darah, yaitu obat pengencer darah antiplatelet dan anticoagulant.

Chairman SHI, dr Maizul Anwar, SpBTKV, mengatakan bagi penderita atrial fibriliasis, obat pengencer darah anticoagulant lebih efektif untuk mencegah stroke. Keputusan untuk menggunakan anticoagulant, ujarnya, berdasarkan pertimbangan antara risiko keuntungannya, yakni menurunkan stroke sebanyak 60% hingga 70%. Adapun risiko perdarahan sebesar 3% sampai 5% per tahun. (*/H-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya