Headline
Disiplin tidak dibangun dengan intimidasi.
PERCEPATAN akreditasi lembaga konservasi (LK) dibutuhkan untuk menghindari buruknya manajmen dan kualitas satwa yang hidup di dalamnya. Selain itu, akreditasi LK juga dapat dijadikan sebagai pencegah satwa mati sehingga membantu suplai satwa di habitat asli.
Saat ini di seluruh Indonesia terdapat 77 LK. Namun, baru 31 LK yang telah terakreditasi dan terbagi dalam tiga kelas A, B, dan C.
“Target kami per tahun meningkat 5 LK yang terakreditasi sehingga di akhir kabinet ada 50 yang terakreditasi,” ucap Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Bambang Dahono Adji saat ditemui Media Indonesia, kemarin.
Menurutnya, akreditasi LK sangat penting demi menghindari kasus seperti yang terjadi di Kebun Binatang Bandung, tempat hidup 11 beruang madu yang disebut-sebut kelaparan. Kebun binatang itu, kata Bambang, saat ini memiliki akreditasi B dan kondisinya sedang dikaji tim Badan Konservasi dan Sumber Daya Alam (BKSDA) Bandung serta Perhimpunan Kebun Binatang Seluruh Indonesia (PKBSI).
Menurut laporan awal, beruang madu di Kebun Binatang Bandung berjumlah 11 ekor dan yang memiliki masalah kekurangan berat badan satu ekor. Bukan tidak mungkin kelas kebun binatang di Kota Kembang akan turun jika ditemukan kondisi yang tak sesuai standar pemerintah. “Senin (23/1) nanti kami harapkan laporannya masuk,” kata Bambang.
Dari 31 LK yang terakreditasi, yang memiliki akreditasi A baru 4 LK. Sedikitnya pemegang akreditasi A sangat disayangkan, mengingat hanya LK berakreditasi A yang dapat menjalin kerja sama dengan LK dari luar negeri. Termasuk dalam program peminjaman induk untuk perkembangbiakan. (Ric/H-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved