Headline

Senjata ketiga pemerataan kesejahteraan diluncurkan.

Fokus

Tarif impor 19% membuat harga barang Indonesia jadi lebih mahal di AS.

Solusi Sendi Lutut yang Aus

Eni Kartinah
04/1/2017 07:40
Solusi Sendi Lutut yang Aus
(Seno)

Karyadi, 65, sungguh bersyukur. Deraan nyeri di lutut yang bertahun-tahun dirasakannya kini tak ada lagi. Yang terpenting, selain bisa berjalan tanpa alat bantu, lututnya kini bisa ditekuk kembali seperti dulu kala. Dia pun bisa menjalankan ibadah salat dengan lebih sempurna.

"Awalnya nyeri ringan, lama-lama jadi nyeri luar biasa. Bahkan pada saat saya diam pun nyeri itu timbul," tutur pensiunan pegawai negeri itu mengisahkan gangguan yang dialaminya. Berdasarkan hasil pemeriksaan, lanjutnya, dia didiagnosis mengalami osteoartritis atau pengapuran sendi di kedua lututnya. Karena terapi obat-obatan tak lagi mempan, dokter menyarankan agar dia menjalani operasi. "Tapi saat itu saya ragu. Soalnya, sebelumnya ada kawan yang juga sakit seperti saya terus dioperasi, tapi enggak sembuh juga. Malah lututnya jadi enggak bisa ditekuk," katanya. Pada akhirnya, setelah mendapat penjelasan dokter dan dengan dukungan dari istri serta anak-anaknya, ia menjalani operasi tersebut. Kedua sendi lututnya diganti dengan sendi buatan.

Setelah melewati masa pemulihan yang diisi dengan fisioterapi rutin dan latihan berjalan secara bertahap, hanya dalam waktu sekitar dua pekan pascaoperasi Kusnadi bisa melangkah tanpa nyeri dan tanpa alat bantu. "Saya bersyukur, lutut saya terus membaik. Sudah bisa buat jalan-jalan. Ditekuk saat salat juga enggak masalah, normal seperti dulu lagi," pungkasnya.

Operasi penggantian sendi lutut seperti yang dijalani Karyadi kadang memang harus dijalani sebagai jalan satu-satunya untuk memulihkan sendi lutut yang terserang osteoartritis. Hal itu karena pada kasus osteoartitis, ausnya bantalan sendi (jaringan cartilage) tidak dapat dipulihkan. Satu-satunya jalan ialah mengganti sendi yang rusak tersebut melalui prosedur total knee arthroplasty (TKA).

Keraguan akan hasil operasi TKA seperti yang sempat dirasakan Karyadi memang beralasan. Pada sejumlah kasus, operasi TKA tidak berhasil memulihkan kondisi pasien, seperti yang dialami rekannya. Namun, menurut dokter spesialis bedah ortopedi RSPI-Pondok Indah, Jakarta, L Andre Pontoh, pasien osteoartritis yang hendak menjalani prosedur tersebut sebaiknya memantapkan hati. Dengan prosedur yang benar, operasi tersebut menjadi solusi yang sangat bermanfaat.
Terlebih, kata dokter konsultan hip and knee itu, teknologi terkait dengan operasi TKA semakin canggih.

"Misalnya, operasi TKA yang dilakukan menggunakan sistem navigasi atau yang dikenal sebagai computer asissted surgery, sebuah sistem komputer untuk mendapat hasil operasi berketepatan tinggi sehingga memberikan hasil fungsi lutut yang optimal," terang Andre pada pemaparan bertajuk Inovasi Teknologi Medis RS Pondok Indah Group dari Masa ke Masa, di Jakarta, Desember lalu.

Dengan perhitungan yang dihasilkan program komputer khusus, lanjut Andre, sudut pemotongan tulang dan pemasangan sendi buatan pada operasi TKA bisa lebih presisi. "Operasi TKA melibatkan pemotongan tulang dan pemasangan sendi buatan menggantikan sendi yang rusak. Faktor presisi sangat menentukan hasil operasi TKA."

Selain menggunakan bantuan komputer, lanjutnya, keberhasilan operasi TKA juga makin meningkat dengan penggunaan sendi buatan generasi terbaru. Sendi buatan itu dirancang sedemikian rupa sehingga dapat melakukan berbagai gerakan sebagaimana sendi lutut alami.

"Bahan pembuatnya juga terus berkembang. Generasi terakhir menggunakan sendi buatan yang terbuat dari bahan keramik. Kelebihannya, masa pemakaiannya mencapai 30 tahun. Generasi sebelumnya hanya tahan lima tahun sudah harus diganti melalui operasi lagi," jelas pendiri Asia Pasific Knee, Arthroscopy, & Sports Medicine Society itu. Dengan berbagai perkembangan itu, lanjut Andre, pasien seharusnya tidak ragu lagi ketika harus menjalani operasi TKA.

Cedera ACL
Pada kesempatan itu, Andre juga menjelaskan cedera lutut yang menyebabkan robeknya jaringan anterior cruciate ligament (ACL). "ACL adalah urat di dalam sendi yang menjaga kestabilan sendi lutut. Cedera ACL sering terjadi pada olahraga high-impact, seperti sepak bola, futsal, tenis, badminton, bola basket, dan bela diri."

Cedera ACL umumnya ditandai dengan suara seperti ada yang patah dalam sendi disusul rasa kehilangan tenaga dan langsung jatuh. Kadang-kadang setelah beberapa saat, pasien dapat berjalan kembali, tetapi pincang. Setelah 1-2 hari pasien dapat berjalan seperti biasa, tapi akan merasakan lututnya tidak stabil, gampang 'goyang', dan sering timbul nyeri. "Jadi, pasien bisa berjalan bukan berarti sembuh ya, ACL yang robek harus diganti agar lutut stabil kembali," katanya.

Terapinya dilakukan dengan prosedur arthroscopic ACL double bundle reconstruction. Sebuah operasi berteknik sayatan kecil yang hanya meninggalkan bekas luka di lutut sekitar 1 cm. "Operasi ini menggunakan dua buah urat pengganti (grafs) untuk mengganti ACL yang rusak. Pascaoperasi pasien menjalani proses rehabilitasi sekitar enam bulan. Sesudah itu pasien dapat kembali beraktivitas normal termasuk melakukan olahraga high-impact" pungkasnya. (H-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya