Headline
Presiden Trump telah bernegosiasi dengan Presiden Prabowo.
Presiden Trump telah bernegosiasi dengan Presiden Prabowo.
Warga bahu-membahu mengubah kotoran ternak menjadi sumber pendapatan
LANTUNAN lagu perjuangan yang indah tak pernah surut terdengar dari sebuah rumah di Jalan Blitar, Sumbersari, Malang, Jawa Timur.
Berberkal instrumen sederhana, anak-anak yang biasa hidup di jalanan itu menyambut Andy Noya, host Kick Andy yang berkunjung ke Jaringan Kemanusiaan Jawa Timur (JKJT).
Masalah anak jalanan memang pekerjaan rumah yang tidak pernah selesai.
Bahkan jumlah mereka meningkat.
Banyak dari mereka yang tidak tersentuh pendidikan.
Masalah pendidikan itu menjadi perhatian bagi koordinator JKJT Agustinus Tedja Buwana.
Pria berusia 46 tahun itu menjadi ayah bagi anak jalanan.
Ia melindungi dan menjadi tempat berkeluh kesah mereka.
Di balik perawakannya yang sangar, Tedja sangat peduli akan pendidikan anak-anak jalanan.
"Setiap anak wajib mendapatkan pendidikan formal, setidaknya sembilan tahun," ujar Tedja.
Sayangnya, kewajiban itu bak terlupakan.
Anak-anak kaum marginal justru memilih mencari uang untuk membantu orangtua mereka atau sakadar uang jajan, dibandingkan pendidikan.
Uang menjadi prioritas mereka, karena mereka berpikir dengan uang bisa mendapatkan hidup yang lebih mudah.
Untuk mengubah pola pikir itu bukan perkara mudah. Perlu kesabaran dan kerja keras.
"Kemiskinan bukan untuk dikasihani, melainkan bagaimana kita memberi dukungan, dorongan, dan motivasi yang mampu menumbuhkan rasa percaya diri bagi mereka yang belum beruntung," ujar Tedja.
Pendidikan yang diusung Tedja dan relawan JKJT tidak seperti pendidikan formal umum.
Mereka lebih menekankan pendidikan keterampilan.
"Sehingga mereka nantinya bisa memiliki usaha dan mendapatkan penghasilan sendiri," ujar Tedja.
JKJT, jelas Tedja, lahir dari keprihatinan akan tingkat pendidikan yang rendah.
Pembinaan yang mereka lakukan antara lain memasak, menjahit, merakit CCTV, fotografi, dan musik.
"Kini beberapa dari murid binaan sudah mampu menghasilkan pendapatan sendiri," ucap Tedja.
Aksi sosial
JKJT menyediakan rumah belajar di wilayah Jagalan, Sukun, dan Muharto.
Di sana, mereka belajar bersama tanpa membedakan usia.
Tidak seperti sekolah lainnya, di rumah belajar ini mereka tidak memiliki guru.
Mereka belajar dengan pendamping.
Lokasi belajar pun berpindah-pindah, karena sering menggunakan rumah warga.
Tapi, tidak menghalangi antusiasme mereka untuk belajar setiap pertemuan.
Selain itu, JKJT menggunakan olahraga seperti sepak bola untuk membina anak-anak jalanan.
Langkah itu sudah dilakukan empat tahun terakhir.
Pelatih mereka pun mantan pemain profesional yang menjadi relawan.
Kegiatan ini telah membuahkan hasil di antaranya telah bergabungnya anak binaan JKJT menjadi pemain nasional.
Berbagai aksi sosial lainnya pun dilakukan.
Seperti mengikutsertakan anak binaan dalam nikah massal, memperjuangkan surat atau identitas lainnya.
Pasalnya, tidak mudah bagi kaum marginal memperoleh surat identitas.
Padahal tanpa surat-surat identitas hak-hak mereka sebagai warga negara sulit diperoleh.
Berkat upaya mereka, kini ribuan anak jalanan memiliki surat identitas.
Kini kegiatan JKJT tidak terbatas di Malang. tumbuh pula di sejumlah daerah lain di Jawa Timur.
Dua tahun terakhir JKJT melakukan pendampingan di daerah pesisir Situbondo.
Di kawasan itu banyak anak-anak yang tidak bersekolah. Sebagai langkah awal, JKJT mendirikan taman bacaan sebelum membuat rumah belajar.
Komitmen Tedja dalam kegiatan sosial kemanusiaan sangat besar.
Meski kondisi kesehatannya turun, ia tetap membantu jika terjadi bencana alam di Indonesia.
Perhatiannya pada anak jalanan dan kaum marginal juga tidak kendor.
"Bencana sosial akibat tidak diperhatikannya anak jalanan dan kaum marginal dampaknya tidak kalah dashyat dibanding bencana alam," ungkapnya.
Tedja juga telah menghibahkan bagian rumahnya menjadi sekretariat JKJT.
Ia berencana membangun asrama bagi anak-anak jalanan di seketariat itu.
Ia bersyukur anak-anak binaannya telah dapat meneruskan dan melaksanakan program-program JKJT.
Setengah bercanda, Tedja mengatakan ia dapat meninggal dengan tenang karena kerja-kerja sosialnya sudah ada yang meneruskan. (M-4)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved