Headline
Presiden Prabowo berupaya melindungi nasib pekerja.
Laporan itu merupakan indikasi lemahnya budaya ilmiah unggul pada kalangan dosen di perguruan tinggi Indonesia.
ASUPAN serat yang cukup bermanfaat mencegah penyakit kronis berbahaya seperti gangguan jantung, stroke, dan diabetes. Serat bermanfaat menghambat penyerapan kolesterol dalam makanan oleh usus dan menjaga kestabilan kadar gula darah. "Kolesterol tinggi merupakan salah satu faktor risiko penyakit jantung dan stroke. Dengan menghambat penyerapannya, kita mencegah penyakit berbahaya itu," ujar dokter spesialis gizi klinik Stella Bella pada diskusi kesehatan yang digelar brand jus Original Love Juice Vegie Fruit Premium, di Jakarta, bulan lalu.
Ia menjelaskan mencukupi asupan serat menjadi bagian dari pola makan sehat. Serat berfungsi membuat cepat kenyang, mengikat kolesterol, memperlancar pencernaan, dan menstabilkan kadar gula darah. Ia lalu menerangkan mekanisme kerja serat. “Makanan dari mulut masuk kekerongkongan lalu ke lambung untuk diolah hingga bentuknya seperti susu kental. Lalu masuk ke usus halus untuk diserap sari-sarinya. Sisanya masuk usus besar untuk dibuang. Nah, kalau tidak ada kandungan serat, semua makanan akan diserap usus halus, termasuk kolesterolnya. Jadi, serat membantu mengikat kolesterol sehingga tidak akan diserap usus halus,” paparnya.
Rekomendasi untuk konsumsi serat pangan Indonesia yaitu 10-13 gram/hari untuk anak-anak (dengan asumsi asupan energi dari makanan 1.000 kkal/hari) atau 25-30 gram/hari bagi orang dewasa. Ada dua jenis serat, yaitu serat larut dan tidak larut di air. Keduanya banyak terdapat dalam sayur dan buah. "Karenanya, sayur dan buah merupakan sumber gizi yang harus dikonsumsi setiap hari. Selain kaya serat, buah dan sayur mengandung beragam vitamin dan mineral yang juga sangat penting bagi tubuh."
Untuk mencukupi kebutuhan serat, jumlah konsumsi yang dianjurkan ialah 3-4 porsi untuk sayuran dan 2-3 porsi untuk buah dalam sehari. Sayangnya, kebanyakan masyarakat kurang memahami ketentuan tersebut. Terbukti, data Riset Kesehatan Dasar 2013 menunjukkan masyarakat yang kurang konsumsi buah dan sayur di Indonesia mencapai 93,5%. "Artinya, hanya 6,5% yang rutin mengonsumsi buah dan sayuran setiap hari," kata Stella.
Sejak kehamilan
Pada kesempatan sama, psikolog keluarga Ayoe Sutomo mengingatkan pentingnya membentuk pola makan sehat sejak dari masa kanak-kanak, termasuk membiasakan konsumsi sayur dan buah pada anak-anak. Dalam hal itu, peran orangtua sangat penting dalam memberi contoh. "Mengenalkan sayuran dan buah pada anak memang tantangan yang tidak mudah, tapi orangtua harus terus berupaya," ujarnya.
Ia menjelaskan pengenalan terhadap buah dan sayur bahkan perlu dimulai sejak masa janin dalam kandungan. Ibu hamil perlu sering-sering mengonsumsi sayur dan buah secara bervariasi untuk memperkenalkan dan mengakrabkan rasa sayur dan buah pada janin melalui air ketuban. Penelitian membuktikan makanan yang dikonsumsi ibu hamil akan memengaruhi rasa air ketuban yang melingkupi janin.
Kebiasaan itu perlu diteruskan pada menyusui karena rasa air susu ibu (ASI) juga dipengaruhi makanan yang dikonsumsi ibu. Dengan demikian, bayi akrab dengan rasa sayur dan buah. Selanjutnya, ketika bayi sudah mulai mengonsmsi makanan padat, selalu sertakan sayur dan buah dalam menu makannya. (*/H-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved