Headline
Penyelenggara negara tak takut lagi penegakan hukum. Kisruh royalti dinilai benturkan penyanyi dan pencipta lagu yang sebenarnya saling membutuhkan.
Penyelenggara negara tak takut lagi penegakan hukum. Kisruh royalti dinilai benturkan penyanyi dan pencipta lagu yang sebenarnya saling membutuhkan.
SETELAH hampir satu abad menjadi misteri, peneliti berhasil mendokumentasikan keberadaan Patahan Banda di Laut Banda, Kepulauan Maluku.
Menurut riset yang terbit di jurnal The Geological Society of America edisi November itu, patahan tersebut diklaim termasuk yang terbesar yang ada di dunia.
Patahan Banda berada dalam zona Lubuk Weber di kedalaman 7,2 km. Panjang patahan mencapai 450 km.
Luasnya disebut-sebut dua kali lipat dari luas daratan Belgia.
Dengan data batimetri beresolusi tinggi, peneliti juga berhasil mengungkap Palung Banda, lembah laut sedalam 7 km.
Tim riset terdiri atas dua peneliti dari Research School of Earth Sciences Australian National University (ANU), Jonathan M Pownall dan Gordon S Lister, serta geolog pada Department of Earth Sciences Royal Holloway University of London, Robert Hall.
Keberadaan palung sejatinya diketahui sejak 90 tahun silam.
Namun, saat itu belum ada yang mampu menjelaskannya secara ilmiah.
Anggota tim peneliti dari Australian National University (ANU) Gordon Lister mengatakan riset mereka yang berjudul Rolling Open Earth's Deepest Forearc Basin itu merupakan yang pertama yang mampu mengidentifikasi proses terbentuknya patahan yang ada di kawasan rentan gempa dan letusan gunung berapi di Samudra Pasifik itu.
Untuk mengungkap proses terbentuknya patahan, mereka memanfaatkan peta dasar laut.
Peneliti mendapati evolusi tektonis di Laut Banda terjadi akibat bentrokan lempeng raksasa Australia dan Asia Tenggara.
Seperti diketahui, saat patahan pada lempeng bumi terbentuk, akan memunculkan dua zona.
Pertama ialah patahan lempeng yang merupakan permukaan datar.
Kedua ialah garis patahan yakni interseksi antara patahan lempeng dan permukaan dasar.
Simulasi peneliti menyatakan Patahan Banda meliputi area 60 ribu km2.
Bebatuan di bagian terdasar laut tersebut terpangkas hingga akhirnya membentuk Lubuk Weber.
Lubuk itu mampu mencapai kedalaman dan luas seperti saat ini akibat tumbukan lempeng dua benua.
Aktivitas sesar itu juga menyebabkan terbentuknya Patahan Banda.
"Kami membuat argumen tentang Patahan Banda berdasarkan data batimetri dan pengetahuan seputar geologi wilayah tersebut," ujar Lister.
Tak hanya melalui analisis peta, peneliti juga mendasarkan kesimpulan pada pengamatan langsung.
Dalam observasi pada Juli lalu, pemimpin tim riset Jonathan Pownall mengatakan posisi daratan sejumlah pulau, seperti Pulau Seram, memiliki elevasi permukaan yang konsisten dengan garis sesar.
Posisi bebatuan juga berada di bawah garis patahan, termasuk batu-batu yang berasal dari area mantel bumi.
"Saya terpana menyaksikan bukti patahan tersebut tidak melalui layar komputer, tapi melalui gelombang laut," aku Pownall.
Tsunami dan gempa
Pemimpin tim peneliti dari ANU Jonathan Pownwall mengatakan temuan itu ke depannya bisa berguna untuk menaksir bahaya tsunami dan gempa di kawasan yang masuk zona Cincin Api (Ring of Fire) itu.
"Berada dalam wilayah dengan risiko tsunami tinggi, informasi soal patahan besar seperti Patahan Banda menjadi sangat penting. Itu bisa saja menimbulkan gempa besar jika terjadi pergeseran patahan," ungkapnya.
Sejumlah tsunami besar yang pernah terjadi di wilayah Indonesia bersumber di Laut Banda.
Menurut catatan National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA), pada 1674 terjadi tsunami dengan gelombang tertinggi 100 meter dan menewaskan lebih dari 2.200 orang.
Dalam terbitan lembaga British Geological Survey berjudul A Provisional Catalogue of Historical Earthquakes in Indonesia (2012), sebuah gempa hebat berdampak destruktif juga pernah melanda Kepulauan Banda pada Oktober 1683.
Dampak pascaperistiwa itu disebut-sebut berlangsung selama setahun kemudian.
Tsunami dengan dampak mematikan juga terulang pada 1899 dengan kekuatan gempa 7,8 SR dan memakan korban hampir 2.500 jiwa.
Adapun gempa terbesar di Laut Banda pernah terjadi pada 1852 dengan kekuatan 8,3 SR.
(Geo Science World/ANU Newsroom/Science Alert/L-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved