Headline

Penyelenggara negara tak takut lagi penegakan hukum. Kisruh royalti dinilai benturkan penyanyi dan pencipta lagu yang sebenarnya saling membutuhkan.

Heboh Pregnancy Robot: Teknologi Rahim Buatan atau Ilusi?

Margaretha Tiffany
23/8/2025 22:50
Heboh Pregnancy Robot: Teknologi Rahim Buatan atau Ilusi?
ilustrasi(freepik)

BELAKANGAN ini dunia maya diramaikan dengan kabar soal pregnancy robot atau robot kehamilan dari Tiongkok. Gambar-gambar viral menampilkan sosok robot berlapis krom dengan kabel, lengkap dengan bayi manusia di dalam perut transparannya. Meski terlihat futuristis, banyak yang bertanya-tanya: benarkah robot hamil ini nyata?

Asal Mula Kabar Pregnancy Robot

Beberapa media internasional, termasuk Newsweek, The Economic Times, dan ChosuBiz menyebut Kuai Ke Zhi, sebuah media Tiongkok sebagai sumber informasi. Zhang Qifeng, pengembang robot ini, dilaporkan mengatakan bahwa prototipe pertamanya ditargetkan siap pada 2026 dengan perkiraan harga di bawah 100.000 yuan atau sekitar 13.900 USD.

Menurut Newsweek, Zhang Qifeng mengatakan bahwa ada orang yang tidak ingin menikah tapi ingin punya istri, dan ada pula yang tidak ingin hamil tapi tetap ingin memiliki anak.

Ia menjelaskan, teknologi rahim buatan yang sudah cukup matang hanya perlu ditanamkan pada perut robot sehingga manusia dan robot dapat berinteraksi untuk mencapai proses kehamilan, seperti dikutip dari ChosunBiz. Namun, detail tentang bentuk interaksi manusia dan robot tersebut tidak dijelaskan.

Fakta Sebenarnya: Hoaks yang Viral

Seperti dugaan banyak pihak, klaim ini ternyata tidak nyata. Situs pemeriksa fakta Snopes memastikan kabar pregnancy robot hanyalah sensasi belaka. Meski demikian, isu ini memicu diskusi menarik tentang perkembangan teknologi rahim buatan di dunia medis.

Apakah mungkin menciptakan robot yang bisa menjalani kehamilan? Atau masih sebatas fiksi ilmiah? Berikut penjelasannya.

Pengembangan Rahim Buatan

Meskipun pregnancy robot itu tidak nyata, tetapi para ilmuwan tengah mengembangkan teknologi rahim buatan tersebut. Di Children’s Hospital of Philadelphia (CHOP), peneliti membuat perangkat bernama EXTEND (extra-uterine environment for newborn development), yang dirancang untuk membantu bayi prematur berusia 23 hingga 28 minggu agar bisa bertahan hidup. 

Sejauh ini, EXTEND diuji pada anak domba. Dalam penelitian tahun 2017, bayi domba dapat bertahan hingga satu bulan di dalam perangkat dengan perkembangan yang menyerupai kondisi alam di rahim.

Tim EXTEND menegaskan bahwa perangkat ini hanya ditujukan sebagai jembatan bagi bayi prematur, bukan untuk mempercepat batas kelangsungan hidup janin di bawah 23 minggu.

Seperti ‘Tomat yang Tergantung di Air’

Kalau mungkin saja suatu saat pregnancy robot benar-benar dibuat, tantangan terbesar ada pada tahap implantasi, yaitu proses menempelnya embrio ke dinding rahim.

Dr. Harvey Kliman dari Yale University, pada robot kehamilan, implantasi mungkin tidak terlalu penting. Ia membandingkannya dengan hidroponik, seperti “tanaman tomat yang digantung dalam air”. Artinya, secara teori, embrio manusia bisa dibiarkan mengapung di dalam cairan selama mendapat cairan dan oksigen yang tepat. Dalam hal ini, plasenta tidak perlu menempel pada dinding rahim buatan.

Dalam robot kehamilan, berikut beberapa sistem yang harus ditiru secara akurat:

  • Transisi dari kondisi rendah oksigen ke tinggi seiring perkembangan janin.
  • Menjaga keseimbangan nutrisi dan faktor pertumbuhan selama berbulan-bulan.
  • Memastikan pasokan oksigen, cairan, dan hormon yang tepat sesuai tahap perkembangan.

Menurut Aghajanova, robot kehamilan masih sebatas sains fiksi. Ia juga menambahkan bahwa kebutuhan teknologi ini belum mendesak, khususnya di Amerika Serikat, karena saat ini sudah ada perawatan kesuburan, donor sel telur, dan ibu pengganti yang lebih aman dan efektif. 

Hingga saat ini belum ada tanda-tanda kerberhasilan pembuatan pregnancy robot ini, Namun, kalau suatu hari nanti teknologi buatan ini benar-benar ada, apakah kamu tertarik untuk mencobanya? (Livescience/P-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Akmal
Berita Lainnya