Headline
Pemerintah belum memastikan reshuffle Noel.
ISTILAH Kafkaesque sering muncul saat kita membicarakan situasi yang terasa rumit, membingungkan, dan seolah tak ada jalan keluar. Tapi, apa sebenarnya Kafkaesque itu? Dalam artikel ini, kita akan mengenal makna Kafkaesque, ciri-cirinya, dan contoh nyata yang bisa ditemukan di kehidupan sehari-hari di Indonesia. Jika hidup terasa seperti labirin tanpa akhir, mungkin Anda sedang mengalami momen Kafkaesque!
Kata Kafkaesque berasal dari nama penulis Ceko, Franz Kafka, yang dikenal lewat karya-karyanya seperti The Trial dan Metamorphosis. Dalam cerita-cerita Kafka, tokoh utama sering terjebak dalam situasi absurd, di mana aturan tidak jelas, birokrasi membingungkan, dan individu merasa tak berdaya. Situasi ini mencerminkan perasaan keterasingan dan ketidakberdayaan di hadapan sistem yang rumit.
Ciri utama Kafkaesque adalah:
Di Indonesia, situasi Kafkaesque sering muncul dalam kehidupan sehari-hari, terutama saat berhadapan dengan birokrasi atau sistem yang kompleks. Berikut beberapa contoh nyata yang mungkin pernah Anda alami:
Pernahkah Anda mengurus dokumen seperti KTP, SIM, atau akta kelahiran? Prosesnya sering terasa Kafkaesque. Misalnya, Anda diminta bolak-balik ke kantor kelurahan karena dokumen yang "kurang lengkap," meski petugas tidak menjelaskan dokumen apa yang hilang. Setelah antre berjam-jam, Anda mungkin dipindahkan ke loket lain atau diminta kembali keesokan harinya. Situasi ini mencerminkan birokrasi rumit yang membuat Anda merasa tak berdaya.
Bayangkan Anda sedang mencoba mendapatkan perawatan di rumah sakit. Anda mendaftar, mengisi formulir, lalu diminta menunggu berjam-jam tanpa kejelasan kapan giliran tiba. Ketika akhirnya dipanggil, Anda mungkin diarahkan ke dokter lain atau diminta tes tambahan tanpa penjelasan yang memadai. Rasa frustrasi ini adalah ciri khas Kafkaesque, di mana sistem seolah-olah sengaja membuat Anda tersesat.
Pernah mengeluh ke layanan pelanggan karena masalah tagihan atau layanan? Anda mungkin dioper dari satu petugas ke petugas lain, menjelaskan masalah yang sama berulang-ulang, tanpa solusi yang jelas. Proses ini terasa seperti lingkaran tanpa akhir, membuat Anda merasa kecil di hadapan perusahaan besar. Ini adalah contoh Kafkaesque di era modern.
Frasa "kalau bisa mudah, kenapa harus rumit?" sering kita dengar, tapi situasi Kafkaesque justru menunjukkan sebaliknya. Sistem yang rumit sering kali tercipta karena kurangnya transparansi, koordinasi, atau perhatian terhadap kebutuhan individu. Di Indonesia, tantangan seperti digitalisasi yang belum merata atau budaya birokrasi yang kaku sering memperparah situasi ini.
Namun, ada cara untuk menghadapi situasi Kafkaesque:
Situasi Kafkaesque adalah cerminan dari kompleksitas hidup modern, terutama di Indonesia, di mana birokrasi dan sistem sering kali terasa seperti labirin tanpa akhir. Dengan memahami ciri-cirinya dan contoh nyata seperti urusan dokumen atau antrean rumah sakit, kita bisa lebih siap menghadapi situasi absurd ini. Ingat, meski hidup terasa rumit, pemahaman dan kesabaran bisa membantu kita menemukan jalan keluar.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved