Headline

Gaikindo membeberkan penyusutan penjualan mobil di Tanah Air.

Model Self-Regulation sebagai Solusi Mengurangi Kekambuhan dan Kolesterol pada Pasien Penyakit Jantung Koroner

Novianto Ryan R
07/8/2025 22:30
Model Self-Regulation sebagai Solusi Mengurangi Kekambuhan dan Kolesterol pada Pasien Penyakit Jantung Koroner
Self0regulation pada pasien Penyakit Jantung Koroner.(Freepik)

PENINGKATAN kemandirian pasien telah menjadi fokus utama dalam pengelolaan Penyakit Jantung Koroner (PJK), sebuah kondisi yang bersifat kronis, progresif, dan seringkali kambuh. Oleh karena itu, pasien dituntut untuk memiliki keterampilan dalam mengelola kesehatannya secara mandiri.

Namun, kenyataannya banyak pasien PJK yang kesulitan dalam manajemen diri. Mereka seringkali tidak mampu mengenali tanda-tanda perburukan kondisi kesehatan atau menjaga konsistensi dalam pengendalian gaya hidup. Selain itu, pemahaman mereka terhadap risiko dan perawatan penyakit ini masih sangat terbatas.

Untuk mengatasi masalah ini, pendekatan manajemen self-regulation dianggap sebagai strategi yang efektif. Melalui pendekatan ini, pasien dilatih untuk lebih peka terhadap kondisi tubuh mereka dan dibimbing untuk membuat keputusan yang tepat terkait kesehatan.

Sebuah penelitian yang melibatkan 195 pasien di RSUD Jombang, Jawa Timur, menguji model self-regulation pada pasien PJK. Pasien-pasien yang terlibat berusia 45-75 tahun dan telah melewati fase akut penyakit ini, serta memiliki kesadaran mental yang baik. Desain penelitian ini adalah kuasi-eksperimental dengan pendekatan cross-sectional, di mana data dikumpulkan menggunakan kuesioner dan daftar periksa.

Fokus utama pengukuran meliputi lima indikator: self-monitoring, self-diagnosis, kekambuhan, tingkat nyeri, dan kadar kolesterol total. Hasilnya menunjukkan bahwa sebagian besar pasien memiliki kemampuan rendah dalam self-monitoring dan self-diagnosis. Sebanyak 73% pasien tidak dapat memantau kondisi tubuh mereka dengan baik, dan 86% mengalami kesulitan dalam mengenali kondisi kesehatannya.

Selain itu, 62% pasien mengalami kekambuhan dan 76% memiliki kadar kolesterol total di atas 200 mg/dL, yang menandakan adanya risiko komplikasi lebih lanjut.

Analisis data menggunakan model Partial Least Square (PLS) menunjukkan bahwa hanya tiga indikator yang memenuhi kriteria validitas, yaitu self-monitoring, self-diagnosis, dan tingkat nyeri. Kekambuhan dan kadar kolesterol total tidak memberikan kontribusi signifikan dalam model self-regulation tersebut.

Self-monitoring mengacu pada kemampuan pasien untuk memantau kondisi kesehatan mereka sendiri, sementara self-diagnosis menggambarkan kemampuan pasien untuk memahami kondisi mereka berdasarkan pengalaman dan informasi yang didapat. Kedua kemampuan ini terbukti berhubungan langsung dengan pengendalian nyeri, yang mempengaruhi pengurangan risiko kekambuhan penyakit.

Penelitian ini merekomendasikan program edukasi yang berfokus pada ketiga aspek tersebut. Edukasi kepada pasien dan keluarga perlu dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan, mencakup pelatihan tentang pemantauan gejala, manajemen nyeri, serta pengendalian kadar kolesterol. Selain itu, penerapan pola hidup sehat, yang meliputi pola makan seimbang, olahraga rutin, dan kepatuhan terhadap pengobatan, harus diterapkan secara konsisten.

Dengan menggunakan model self-regulation yang tepat, pasien diharapkan menjadi lebih mandiri, yang pada gilirannya dapat menurunkan angka kekambuhan dan meningkatkan kualitas hidup mereka. Peran keluarga dan tenaga kesehatan sangat vital dalam mendukung keberhasilan program ini.

Model ini juga berpotensi menjadi dasar dalam mengembangkan layanan keperawatan yang melibatkan partisipasi aktif pasien, yang terbukti lebih efektif dan berkelanjutan dalam pengelolaan penyakit kronis di masa depan. (Universitas Airlangga/Z-10)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Gana Buana
Berita Lainnya