Headline
Pelaku perusakan dan penganiayaan harus diproses hukum.
Pelaku perusakan dan penganiayaan harus diproses hukum.
KRISIS planet kian mendekati titik kritis. Sebuah gerakan internasional meluncurkan proyek ambisius untuk menahan laju kerusakan Bumi, setelah data ilmiah terbaru mengungkapkan bahwa enam dari sembilan batasan planet telah terlampaui. Kondisi ini menandai ancaman nyata bagi stabilitas Bumi sebagai rumah manusia.
Batasan planet adalah kerangka ilmiah yang menetapkan ambang aman bagi aktivitas manusia. Namun, penelitian mutakhir menunjukkan ambang ini telah dilewati dalam enam aspek vital: perubahan iklim, kerusakan biosfer, konversi sistem lahan, gangguan siklus biogeokimia (fosfor dan nitrogen), masuknya polutan sintetis, serta berkurangnya ketersediaan air tawar.
"Kita berada di fase paling berbahaya dalam sejarah manusia," tegas Jean Oewlang pada peluncuran inisiatif di Shangri-La, Selasa (29/7).
"Tidak ada lagi waktu untuk menunggu. Kita butuh aksi kolektif, inovasi, dan kolaborasi global demi memastikan masa depan aman dalam batas suhu 1,5 derajat Celcius."
Gerakan ini berkomitmen memperluas penelitian tentang kesehatan planet, memicu transformasi sistemik melalui pengambilan keputusan berbasis sains, dan menggerakkan masyarakat luas untuk berpartisipasi menjaga masa depan Bumi.
Kebakaran hutan berulang di Indonesia kembali menjadi perhatian dunia. Peristiwa terbaru di Riau tidak hanya memicu krisis udara lintas batas hingga Malaysia dan Singapura, tetapi juga menimbulkan dampak mendalam pada keanekaragaman hayati.
"Setiap kali hutan terbakar, kita mungkin kehilangan spesies yang bahkan belum sempat kita kenali," jelas Farwiza Farhan, salah satu penggerak inisiatif di Indonesia. Menurutnya, hilangnya keanekaragaman hayati adalah pukulan besar bagi keutuhan biosfer yang menjadi bagian vital dari keseimbangan planet.
Ia juga meluruskan kesalahpahaman publik soal perubahan iklim. "Ini bukan sekadar panas ekstrem atau hujan yang tak menentu. Kebakaran besar yang menyemburkan karbon dalam jumlah masif mempercepat perubahan iklim global, fenomena sistemik yang jauh lebih luas daripada sekadar anomali cuaca."
Meskipun Indonesia memiliki berbagai aturan dan undang-undang terkait perlindungan lingkungan, penegakannya sering kali lemah dan berlarut-larut.
"Proses pembuktian kesalahan perusahaan atau kelompok sangat panjang, sehingga penegakan hukum tidak efektif," kata Farwiza.
"Masalahnya bukan kurangnya aturan, tapi lemahnya tanggung jawab dan ketegasan di lapangan."
Kebakaran hutan bukan sekadar bencana lokal, tetapi ancaman global yang mempercepat kerusakan planet. Para penggerak inisiatif ini menekankan perlunya tindakan tegas pemerintah, dukungan internasional, dan partisipasi publik untuk menghentikan siklus kebakaran berulang yang mengancam masa depan Bumi. (Z-10)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved