Pemadam Dari Rusia

Dhika Kusuma Winata
03/10/2015 00:00
Pemadam Dari Rusia
()
DEMI memadamkan api, Riau dan Kalimantan Barat memanfaatkan armada Rusia dengan pengerahan helikopter Kamov, Sikorsy, dan MI 171. Helikopter Kamov misalnya, bisa mengangkut 5 ton air (setara 5.000 liter) dan mampu beroperasi selama 3,5 jam dalam sekali terbang. Seolah tak cukup bernas, pemerintah dilaporkan tengah menjalin komunikasi untuk memakai jasa pesawat Rusia. 'Senjata' apa lagi yang dimiliki negeri beruang merah itu?

Rusia dikenal memiliki pengalaman dalam pengembangan pesawat air. Salah satu andalannya ialah Beriev Be-200. Armada itu merupakan pesawat amfibi multiguna yang didesain untuk misi memadamkan kebakaran, operasi penyelamatan, patroli maritim, dan mengangkut barang serta penumpang. Armada yang mulai diproduksi secara komersial pada 2003 itu mempunyai kemampuan mengambil air sembari meluncur di permukaan sungai, danau, atau pun laut pada level kecepatan lepas landas.

Pesawat pabrikan Rusia itu tidak perlu mendarat untuk melakukan pengisian air. Saat melakukan manuver di atas air, Be-200 dapat mengumpulkan 12-13 ton air (setara 12.000-13.000 liter) dalam waktu 12-14 detik. Rata-ratanya, 1 ton air bisa disedot hanya dalam satu detik.

Be-200 dapat lepas landas meski landasan pacu hanya sepanjang 1.800 meter. Selain itu, juga mampu lepas landas di perairan tertutup, bahkan di laut dengan kedalaman lebih dari dua meter dan tinggi ombak 1,2 meter.

Pesawat air dengan rentang sayap 32,7 meter itu rancangannya berasal dari pendahulunya, Beriev A-40 Albatros. Dengan sejumlah modernisasi, Be-200 dibangun juga untuk transportasi kargo dan penumpang, di samping memadamkan api dan patroli.

Amfibi itu bukan barang baru bagi Indonesia. Pada 2006, pemerintah pernah menyewanya. Kala itu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meminta dua pesawat Rusia itu didatangkan untuk membantu pemadaman kebakaran hutan di Kalimantan.

Kombinasi
Menurut Kepala Aviasi Satuan Tanggap Darurat Rusia, Rafael Zakirov, kebakaran besar biasanya dipadamkan dengan menggunakan gabungan beberapa pesawat yang harus bersinergi dengan satuan di darat. Pemadaman dianggap akan lebih efektif jika melibatkan beberapa pesawat secara simultan.

"Pada tahap awal, kami menggunakan Ilyushin Il-76. Saat Il-76 melakukan pengisian kembali, pesawat Be-200 dan helikopter masuk menggantikan. Hanya skema operasi seperti itu yang dapat menjamin keberhasilan 100% dalam waktu yang cukup singkat. Dalam skema operasi tersebut, pesawat pada dasarnya bertugas membendung titik kebakaran agar tidak menyebar saat satuan darat tidak dapat mendekat ke titik tersebut," ungkap Zakirov.

Untuk armada Ilyushin Il-76 mampu membawa 49 ton air (setara 49.000 liter). Pesawat yang berukuran lebih besar dari Be-200 itu sejatinya merupakan pengangkut mesin-mesin untuk daerah terluar. Jika dimodifikasi, Il-76 bisa dikonversi menjadi armada pemadam api.

Faktor sumber air juga menjadi penentu. Pemadaman maksimal yang efektif ditunjang oleh keberadaan sumber air yang tidak jauh dari lokasi terjadinya kebakaran. Secara teknis, operasi pemadaman dilakukan dengan strategi kombinasi. Pesawat mengumpulkan air, lalu terbang menuju titik api dan menurunkan air ke lahan yang terbakar. Setelah itu pesawat kembali melakukan pengisian ulang air.

Jenis armada amfibi untuk misi memadamkan kebakaran terbilang jarang. Potensi ekspor disebut-sebut sebagai kendalanya. Pada 2013, kementerian pertahanan Rusia saja harus merogoh kocek hingga US$268 juta (setara lebih dari Rp3 triliun) untuk kontrak pembelian enam pesawat Be-200. Sejauh ini, Jepang dan Tiongkok tengah berupaya menyaingi Rusia dalam pengembangan pesawat air sejenis. (IRBTH/Sputnik/Antara/Dhk/L-1)

[email protected]



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Admin
Berita Lainnya