PERNAHKAH kita ragu atas warna kulit yang merupakan bukti identik dari seekor hewan? Bagaimana warna-warna asli kulit hewan purbakala yang sudah punah jutaan tahun lalu?
Dalam penelitian yang dipublikasikan pada Proceedings of the National Academy of Sciences (PNAS) terungkap, proses menentukan warna asli hewan purba melalui temuan fosil. Penelitian gabungan yang dilakukan ilmuwan dari Virginia Polytechnic Institute and state University, AS, dan University of Bristol, Inggris, dilakukan dengan menggabungkan teknik morfologi, eksperimental, dan kimia dalam menentukan warna asli dua spesies mamalia pada temuan fosil yang hidup puluhan juta tahun lalu (sekitar 56 juta dan 33,9 juta tahun lalu).
Kedua spesies mamalia tersebut merupakan kelelawar purbakala yang pernah hidup di Jerman, yaitu Paleochiropteryx dan Hassianycteris. Melalui pemahaman proses perubahan pigmen dalam fosilisasi/pemfosilan (proses penimbunan sisa-sisa makhluk hidup yang diawetkan melalui sedimentasi), para peneliti mengungkapkan kedua spesies itu memiliki kulit berwarna cokelat kemerahan ketika mereka hidup. Itu merupakan pertama kalinya warna mamalia punah digambarkan melalui analisis fosil. Teknik tersebut juga dapat dilakukan pada fosil hewan yang berumur ratusan tahun.
Penelitian gabungan dalam mengungkap warna hewan punah itu merupakan pengembangan penelitian terdahulu dari salah satu ilmuwan pada tim peneliti, Dr Jakob Vinther, peneliti dari University of Bristol. Vinther berhasil merekonstruksi warna dinosaurus berbulu melalui penjelasan fosil melanosomnya. Vinther mengungkapkan melanosom merupakan kunci utama dalam mengembangkan proses penentuan warna hewan melalui sebuah fosil. Melanosom merupakan sebuah organel yang mengandung melanin, sebuah pigmen yang menghasilkan warna untuk rambut, kulit, mata, dan bulu. Melanin ditemukan pada organel-organel yang bentuknya berbeda dan dibedakan menjadi dua warna, phaeomelanin (cokelat kemerahan) dan eumelanin (hitam).
Sebelum menentukan warna pada fosil hewan purba, Vinther dan tim ilmuwan melakukan replikasi melanosom fosil dengan menuakan melanin segar yang diekstrak dari bulu 9 spesies burung. Ekstrak melanin segar yang diperoleh selanjutnya dipendam dalam tanah dengan temperatur dan tekanan yang tinggi sebagai bentuk replikasi proses pemendaman geologis dan fosilisasi. Melanin yang menjadi fosil akan diteliti komposisinya dengan menggunakan alat resolusi tinggi bernama Time-of-Flight Secondary Ion Mass Spectrometer (ToF-SIMS). Replikasi berakhir pada temuan sebuah pola (chemical signature) yang memiliki kemiripan pada melanin di fosil melanosom pada spektrometer. Korelasi warna melanin pada bentuk pola fosil melanosom itu yang diambil sebagai penentuan warna hewan yang terdapat pada fosil.