Seabad Pramoedya Ananta Toer, Merayakan Warisan Sastrawan Asal Blora

TAHUN 2025 menandai peringatan 100 tahun kelahiran Pramoedya Ananta Toer, sastrawan Indonesia yang telah menghasilkan lebih dari 50 karya sastra yang diterjemahkan dalam 42 bahasa di seluruh dunia. Pram lahir pada 6 Februari 1925 dan wafat pada 30 April 2006.

Sejak pertama kali terbit pada 1949, karya-karya Pramoedya Ananta Toer memperkaya khazanah kesusastraan Indonesia sebagai lambang harapan, perlawanan, dan keberanian menghadapi ketidakadilan dan kesewenang-wenangan. Salah satu karya yang paling terkenal dari Pram adalah Tetralogi Pulau Buru (Bumi Manusia, 1980, Anak Semua Bangsa, 1980, Jejak Langkah, 1985, dan Rumah Kaca, 1988).

Dalam rangka memperingati satu abad kelahiran, Pramoedya Ananta Toer Foundation bekerja sama dengan Komunitas Beranda Rakyat Garuda menyelenggarakan #SeAbadPram, gerakan pekerja kreatif lintas generasi yang menghidupkan dan menyebarluaskan pemikiran, semangat, dan nilai-nilai dalam karya-karya Pramoedya Ananta Toer kepada anak muda sepanjang tahun 2025.

Baca juga : Sosok Yahya Sinwar, Pemimpin Hamas, Ahli Strategi Perang, hingga Novelis

Gerakan ini akan diluncurkan dalam festival di kota kelahiran Pramoedya, Blora, pada 6–8 Februari 2025. Festival akan dirayakan dengan di antaranya membuat nama jalan Pramoedya Ananta Toer, diskusi, pameran cetak ulang buku-buku Pramoedya, kuliah umum, pemutaran film dan dokumenter, dramatic reading, pementasan teater, diskusi, pameran seni patung dan sketsa, hingga puncaknya  konser musik Anak Semua Bangsa yang menghadirkan musisi Indonesia.

“Pramoedya adalah sosok penting yang patut dikenang dan ditimba pemikiran serta semangatnya. Dari karya dan kiprah Pram, kita bisa menimba banyak insight yang relevan untuk hari ini, bahkan untuk Indonesia ke depan. Itu sebabnya, perayaan #SeAbadPram ini merupakan langkah penting dan strategis,” kata budayawan dan sejarawan Hilmar Farid pada konferensi pers di PDS HB Jassin, Cikini, Jakarta Pusat, (21/1).

Bupati Kabupaten Blora Arief Rohman menambahkan, pemerintah Kabupaten Blora dan masyarakat Blora sangat antusias dengan kegiatan ini dan akan mengundang semua pecinta Pram maupun pencinta sastra untuk datang ke Blora.

“Untuk merayakan seorang anak Blora yang kiprahnya tidak hanya menggema di tingkat nasional, tetapi juga di tingkat internasional,” ujar Arief Rohman.
Merayakan Pramoedya adalah juga merayakan seseorang dengan berbagai sisi kehidupan. Dikenal luas sebagai sastrawan, Pramoedya juga adalah seorang pengarsip, sejarawan, pemikir, jurnalis, pejuang bangsa, sekaligus juga orang yang mengalami ketidakadlian.

“Dari keluarga, kami mengajak semua saja, yang membaca Pram, terinspirasi dari Pram, mengenal Pram, tetapi juga mereka yang belum terlalu mengetahui Pram. Kami berharap warisan dari Pram ini bisa menjadi sesuatu yang dirayakan oleh semua masyarakat Indonesia dan para sahabat internasional,” ujar ⁠Astuti Ananta Toer dari Pramoedya Ananta Toer Foundation.
(Z-9)