Headline
Kecelakaan berulang jadi refleksi tata kelola keselamatan pelayaran yang buruk.
Kecelakaan berulang jadi refleksi tata kelola keselamatan pelayaran yang buruk.
BRIN Temukan Potensi 958 Titik Baru Lanskap Arkeologi di Kawasan Gunung Penanggungan. Hal itu diungkapkan oleh Peneliti Pusat Riset Arkeologi, Lingkungan, Maritim dan Budaya Berkelanjutan (PR ALMBB) Alqis Lukman.
“Dari 200 titik situs yang sudah teridentifikasi, ditemukan 958 titik baru yang memiliki potensi peninggalan arkeologi. Ini merupakan hasil penelitian awal, lalu membutuhkan berbagai verifikasi ke tahapan berikutnya dengan cara kerja sama dalam melakukan survey lapangan,” kata Alqis, Senin (9/12).
Alqis menjelaskan, LiDAR merupakan teknologi pengambilan data atau pemetaan yang dapat menembus penetrasi ke daerah permukaan tanah. Di mana, vegetasi-vegetasi di atasnya dapat dihilangkan, sehingga kontur permukaan tanah dan potensi-potensi peninggalan arkeologi yang berada di permukaan tanah tersebut dapat dilihat.
"Data LiDAR menggunakan sensor cahaya, sehingga bisa mengubah point cloud LiDAR menjadi peta 3D,” ungkapnya.
Lalu ia menjelaskan, point cloud tersebut bisa mengambil data permukaan tanah dan data-data lain yang ada di permukaan tanah. Seperti vegetasi, permukiman, juga objek lain di atas permukaan tanah. Sehingga data LiDAR bisa digunakan dalam arkeologi.
Dijelaskannya, para peneliti juga menggunakan LiDAR untuk melihat potensi di sisi utara lereng Gunung Welirang. Ini berdasarkan overlay pada peta, diperoleh daerah akuisisi yang akan diambil seluas sekitar 200 km persegi. Setelah dilakukan analisis lebih lanjut di lereng bagian barat gunung Penanggungan, dengan pola yang hampir sama, bisa ditemukan titik-titik baru.
"Akuisisi data LiDAR yang kita dapatkan dengan area sekitar 200 km persegi yakni di sisi utara adalah kawasan Gunung Penanggungan, di sisi selatan yaitu lereng utara Gunung Arjuno-Welirang dengan ekstensi-ekstensi bagian utara, barat, dan timur yang merupakan wilayah dengan signifikansi dari situs budaya dan asosiasinya yang cukup penting untuk wilayah ini," kata Alqis.
Di dalam pembahasan lanskap arkeologi ini, Kepala PR ALMBB BRIN Marloon Ririmasse mengungkapkan, kegiatan dan kolaborasi yang sudah dilakukan bisa menjadi kegiatan yang bersifat dari hulu ke hilir dan bisa langsung menghasilkan dampak kepada masyarakat di kawasan Penanggungan. Tak menutup kemungkinan juga bisa mencakup se- provinsi Jawa Timur dalam arti yang lebih luas.
“Dampak yang dihasilkan tidak hanya dalam jangka pendek, tetapi dampak jangka panjang dan berkelanjutan,” harapnya. (Z-9)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved