Headline
Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.
Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.
BADAN Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyatakan bahwa ketebalan es di pegunungan Jayawijaya, Papua Tengah terus menyusut secara derastis. Bahkan, sampai saat in diperkirakan tersisa hanya setebal empat meter. Menanggapi itu, pakar iklim dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Edvin Aldrian menyatakan bahwa hal itu disebabkan karena adanya perubahan iklim.
“Ya, (penyusutan es di Jayawijaya) karena pemanasan global. Jadi kami memang sudah meramalkan di BMKG bahwa di Gunung Jaya Wijaya lapisan esnya akan habis di tahun 2026. Tinggal sedikit lagi memang,” kata Edvin saat dihubungi, Senin (2/12).
Menurut dia, sejak lama peneliti telah memasang pipa dari ujung dasar es di puncak Jayawijaya sampai ke dasar untuk mengukur ketebalan es . Dan saat ini, pipa tersebut sudah jatuh yang menandakan bahwa ketebalan es semakin menipis.
Selain dari pemanasan global, kuatnya el nino di tahun-tahun tertentu di Indonesia turut mempercepat penipisan lapisan es di puncak Jaya Wijaya. Ia menyatakan, hingga kini masih perlu penelitian lebih lanjut mengenai dampak dari penipisan es di puncak Jayawijaya. “Apakah akan ada dampak sosialnya untuk hal tersebut, saya sulit mengatakannya. Tapi kita harus melihat lebih jauh lagi,” pungkas dia.
Sebelumnya, Koordinator Bidang Standardisasi Instrumen Klimatologi BMKG Donaldi Sukma Permana mengatakan ketebalan es yang diperkirakan hanya tinggal empat meter itu didapatkan berdasarkan pengukuran terhadap tongkat/stake ukur yang ditanam di Puncak Sudirman Pegunungan Jayawijaya.
“Terakhir ada 14 stake yang sudah tersingkap artinya ketebalan gletser diperkirakan tinggal empat meter,” kata dia.
Ketebalan es tersebut sudah menyusut signifikan dibandingkan hasil pengukuran BMKG sebelumnya yaitu 32 meter pada tahun 2010, dan 5,6 meter pada medio November 2015- Mei 2016. “Hal ini juga disebabkan oleh El Nino kuat yang terjadi pada saat itu,” katanya.
Salju abadi Pegunungan Jayawijaya, Papua Tengah, terus menyusut secara drastis. Berdasarkan pengamatan tim BMKG saat ini diperkirakan tersisa hanya setebal empat meter.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved