Headline
Banyak pihak menyoroti dana program MBG yang masuk alokasi anggaran pendidikan 2026.
Banyak pihak menyoroti dana program MBG yang masuk alokasi anggaran pendidikan 2026.
DALAM mencapai kesuksesan, ada masa-masa sulit yang dihadapi. Itu pula yang pernah dirasakan Masriadi. Bagi dia, masa-masa sulit yang dihadapi ialah sekitar 1997 setelah menikah. Pada 1997 setelah menikah, mau tidak mau ia harus mencari uang untuk menghidupi keluarganya. Masriadi bersama sang istri pun sempat kembali ke Bali saat itu. Ia menjadi pengasong lukisan. Ia melukis objek yang disukai wisatawan, misalnya lukisan-lukisan pemandangan. "Setahun pernah mencoba (mencari uang) di Bali menjajakan lukisan di Bali. Sempat 1-2 kali ditolak di art shop di Sukawati, tetapi kemudian diterima," tutur pria yang hobi bermain gim ini. Setelah sekitar setahun tinggal di Bali, ia kemudian kembali ke Yogyakarta setelah anak pertamanya lahir. Saat itu motivasinya ingin menyelesaikan kuliah. Kuliah Kerja Nyata dan mata kuliah sudah ditempuh, hanya tinggal menyelesaikan tugas akhir, yaitu membuat karya atau skripsi. Namun, karena kesibukannya yang harus melukis untuk memenuhi kebutuhan keluarga, tugas kuliahnya pun terabaikan hingga ia kemudian tenggelam dalam dunia melukis dan tidak berhasil menyelesaikan kuliahnya. Pada saat kembali di Yogyakarta itulah Masriadi kembali menemukan dirinya. Ia kembali hanyut dalam gaya lukisan kontemporer. "Nama saya mulai dikenal di dunia seni rupa setelah pameran di Bentara Budaya pada tahun 1999," kenang pria yang senang melukis pada malam hari ini.
Seniman muda
I Nyoman Masriadi menilai perkembangan seni rupa di Indonesia sangat pesat. Posisi seniman Indonesia pun semakin dikenal di peta seni rupa internasional. Di sisi lain, seniman-seniman muda saat ini dapat lebih mudah belajar dan mengakses referensi lewat dunia internet. Mereka juga semakin mudah untuk mengadakan pameran dengan menjamurnya ruang-ruang pameran sehingga karya mereka dapat diapresiasi pecinta seni secara luas. "Dulu seniman susah, terutama yang muda-muda," kata dia. Dari pengalaman itu, pada 2015 yang lalu, Masriadi mendirikan Masriadi Art Foundation (MAF). Misi MAF adalah membantu para seniman muda, di bawah 35 tahun untuk mengadakan pameran. Bagi Masriadi, usia 35 merupakan usia kritis bagi seorang seniman. "Usia sudah lebih 35, kalau belum berhasil, ia sudah bisa dibilang gagal. Usia 40 tahun lebih capek untuk mengolahnya," kata dia. Ia mengak tidak semua seniman muda dapat memajang karyanya di MAF, tetapi ada proses seleksi dari kurator yang ditunjuk untuk memilih seniman-seniman muda yang bisa memajang karya mereka. MAF pun diharapkan bisa menjembatani para seniman muda untuk mencapai kesuksesan. Di tengah kemudahan-kemudahan yang ada, selain kemampuan para seniman yang diandalkan, negara juga harus berperan dalam memperkenalkan karya-karya para seniman. Pasalnya, tiap-tiap negara pasti tetap menjagokan seniman mereka masing-masing. (AT/M-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved