Headline

Banyak pihak menyoroti dana program MBG yang masuk alokasi anggaran pendidikan 2026.

Perawatan Tepat, Luka Sembuh Lebih Cepat

(*/H-3)
05/10/2016 08:25
Perawatan Tepat, Luka Sembuh Lebih Cepat
(THINKSTOCK)

LUKA yang dirawat dengan benar dalam beberapa hari akan mengering, merapat, tidak basah, tidak meradang, dan tidak nyeri. Sebaliknya, luka yang terganggu, penyembuhannya akan tetap basah, bengkak, dan nyeri. "Itu berarti tanda luka terinfeksi. Jika telanjur terinfeksi, luka biasanya menjadi basah berair, bernanah, sehingga proses penyembuhan luka lambat. Apabila sembuh dapat menimbulkan bekas atau parut pada kulit yang tentu saja secara estetika mengganggu penampilan," ujar dokter spesialis kulit dan kelamin Linda Julianti pada diskusi tentang perawatan luka yang digelar merek krim perawatan luka Nutrimoist di Jakarta, beberapa waktu lalu. Ia menjelaskan, ketika kulit terluka, berbagai sistem dalam tubuh otomatis bekerja untuk mengatasi luka tersebut. Sistem hemostasis akan mengehentikan perdarahan, sistem kekebalan tubuh mencegah infeksi dan iritasi, juga terjadi proses granulasi dan remodeling, yakni pergantian sel-sel yang hilang atau rusak dengan sel-sel yang baru. Namun, kata Linda, dalam prosesnya ada berbagai faktor yang memengaruhi keberhasilan proses tersebut, seperti ada tidaknya kontaminasi pada luka. "Tehnik pembalutan yang tidak memenuhi syarat, bila terlalu kecil memungkinkan invasi dan kontaminasi bakteri. Jika terlalu kencang dapat mengurangi suplai darah yang membawa nutrisi dan oksigen untuk penyembuhan luka," terang Linda. Faktor usia, lanjutnya, juga berpengaruh. Makin tua seseorang, makin lambat proses penyembuhan lukanya karena penurunan proses regenerasi kulit. Faktor nutrisi juga memegang peran penting. "Pada penyembuhan luka, kebutuhan akan nutrisi meningkat seiring dengan stres fisiologis yang menyebabkan defisiensi protein, asupan nutrisi yang kurang dapat menghambat sintesis kolagen, dan terjadi penurunan fungsi leukosit yang dibutuhkan untuk penyembuhan luka." Selain itu, kondisi obesitas menghambat penyembuhan luka. Pada seseorang dengan tubuh obesitas, terdapat jaringan adiposa (lemak) pada kulit yang avaskuler (tanpa jaringan pembuluh darah) sehingga mekanisme pertahanan terhadap kuman sangat lemah dan mengganggu suplai nutrisi ke arah luka. "Faktor lain yakni penggunaan obat. Beberapa obat dapat menghambat penyembuhan luka, seperti obat jenis steroid dan antikoagulan."

Bahan alami
Pada kesempatan sama, Product Marketing CNI Catur Marlaela Rochendi, mewakili pihak Nutrimoist, menjelaskan sejumlah bahan alami yang dapat dimanfaatkan untuk membantu penyembuhan luka, seperti panax ginseng yang membantu memulihkan jaringan kulit yang rusak dan menumbuhkan jaringan kulit baru, juga mengeringkan luka basah dan mencegah kekeringan pada kulit. "Ada juga Angelica sinensis yang mampu mengatasi tahap awal infeksi pada kulit, melembapkan kulit, serta melancarkan aliran darah." Bahan lain, Polygonum cuspidatum, bekerja menyerap panas dan mengurangi rasa nyeri akibat luka serta membantu mempercepat penyembuhan. "Bahan tersebut juga efektif sebagai antibakteri dan jamur serta memperlebar pembuluh darah kapiler sehingga meningkatkan peredaran darah, selanjutnya dapat meningkatkan jumlah sel darah putih." Sementara itu, Polygonum multiflorum berkhasiat mengeluarkan bahan beracun pada luka, meningkatkan pembentukkan limfosit, dan berperan sebagai pembersih luka. Menurutnya, manfaat tersebut telah dibuktikan melalui penelitian. "Penelitian oleh Dr Finn Sinberg menunjukkan bahan-bahan alami itu membantu pertumbuhan jaringan sel kulit dan proses penyembuhan luka," ujarnya. (*/H-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya